Nestapa Petani di Tolai Barat, Habiskan Dana KUR Untuk Tanggul, Sawah Terendam Lumpur

Hamparan sawah yang terendam lumpur dan material kayu yang dibawa banjir. Luapan banjir menggenangi sawah karena tanggulnya jebol. FOTO: MISBACH/MS

Intensitas curah hujan yang cukup tinggi membuat Sungai Tolai meluap, tanggul sederhana hancur, sawah seluas sekira 100 hektare terendam lumpur. Ada cerita memilukan di balik bencana alam.

MOHAMMAD MISBACHUDIN –WARTAWAN MERCUSUAR

Wayan Juna hanya bisa menyeka air matanya, ketika menyaksikan lahan sawahnya yang kurang lebih berukuran 5 hektare, yang berada di antara ratusan hektare lainnya, terendam lumpur dan material kayu. Padi yang baru ditanami kurang lebih sepekan itu, tidak terlihat lagi.

“Ini sudah terjadi sejak tadi malam, makanya saat langit mendung kemarin sore, (Rabu, 3/7/2024) saya sudah khawatir dengan kondisi sawahnya, semoga saja tanggulnya tidak jebol,” ujar Wayan Juna, Kamis (4/7/2024).

Tetapi sekira pukul 02.00 dinihari, dia dikejutkan dengan kabar dari temannya sesama petani, yang juga mengalami nasib sama. Ternyata tanggulnya jebol, banjir masuk bersama lumpur dan kayu.

Hilang rasa kantuknya, seketika badannya lemas, dan tergopoh-gopoh ingin melihat langsung ke lokasi sawahnya. Namun di saat itu, Wayan Juna dicegah oleh aparat keamanan, karena ketika itu volume air cukup besar dan dapat membahayakan diri.

Yang menyedihkan bagi Wayan Juna, di balik berdirinya tanggul sederhana itu ada perjuangan terpaksa menggunakan biaya dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) sekitar Rp35 juta. Namun usaha itu dihempaskan banjir yang hanya lewat semalam.

“Habis sudah uangku puluhan juta untuk buat tanggul, melindungi sawahku,” urai Wayan Juna dengan mata sembab.

Ia berencana dengan penanaman padi saat ini, setidaknya pada panen berikutnya dapat menutupi dana KUR, atau menutupi utangnya sebelum meminjam dana KUR. Namun, sawah yang menjadi harapan itu akhirnya terendam lumpur, tidak ada yang dapat dipakai membayar utang.

“Jangankan mendapatkan untung untuk anak dan istri, membayar utang dana KUR saja sudah saya syukuri,” tukasnya dengan lirih.

Kepala Desa Tolai Barat, I Made Adi Swiadnya mengatakan, warganya yang terkena imbas banjir sudah mengeluarkan uang sampai ratusan juta Rupiah hanya untuk membuat tanggul sederhana, dengan harapan sawahnya terlindungi dari luapan air banjir.

“Karena hitungannya begini, jika tanggul bisa dibuat dengan meninggikan dinding pasir, air tidak meluap ke sawah. Warga pun tidak lagi menunggu bantuan, sebab sawah harus segera digarap,” urai Adi.

Para petani menggarap sawahnya agar bisa mengembalikan dana pinjaman, dari hasil panen. Namun, situasi menghendaki hal lain, musibah banjir terjadi, luapan sungai dengan membawa material pasir, lumpur dan kayu ‘melompat’ dari badan tanggul. Pelan-pelan tanggul pun jebol, padi pun terendam lumpur.

Saat ini, kata Adi, warga khawatir dengan utang yang terus menumpuk, entah kapan bisa dilunasi, karena sawah tidak bisa digarap. Bukan hanya karena tidak dana cadangan, tetapi juga khawatir banjir susuluan datang kembali menghantam persawahan.

“Mereka saat ini hanya bisa pasrah, dan menunggu penyelesaian yang lebih baik lagi,” kata Adi.

Cerita lainnya dari luapan banjir di Desa Tolai Barat, adalah hancurnya irigasi, akses menuju wisata Pantai Arjuna rusak, dan drainase tidak luput dari sasaran amukan banjir.

“Kami pun, Pemerintah Desa tidak tahu harus berbuat apa-apa lagi, karena semua infrastruktur yang sudah kami bangun rusak parah. Tentunya tidak mungkin dibangun lagi dalam jangka waktu yang pendek. Kalaupun dibangun kembali, tapi jika penyebab utamanya tidak ditangani, akan begini lagi kondisinya,” pungkas Adi. ***

Pos terkait