Opdis dan LKSLU Gelar Simulasi Bencana di Bora 

SIMULASI-cbc53949
Petugas tanggap bencana saat mengevakuasi warga disabilitas terdampak bencana, dalam kegiatan simulasi bencana, bertempat di Desa Bora, Kecamatan Sigi Kota, Sabtu (13/8/2022). FOTO: SANAJI/MS 

SIGI, MERCUSUAR – Kelompok kerja Organisasi Penyandang Disabilitas (Pokja Opdis) Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia  (LKS LU) Pelita Hati Sigi, melaksanakan simulasi kebencanaan di Desa Bora, Kecamatan Sigi Kota, Sabtu (13/8/2022). Kegiatan simulasi bencana ini melibatkan semua elemen masyarakat, khususnya disabilitas dan lansia.

Simulasi kebencanaan yang mengambil titik kumpul di halaman MTs Alkhairaat Desa Bora itu, dirancang seakan-akan bencana alam gempa yang benar terjadi, di mana warga melakukan kesiapsiagaan menghadapi gempa, dan berlarian, serta membantu lansia dan disabilitas yang dibantu oleh petugas tanggap bencana KRPB Hibula yang dibentuk Desa Bora.

Dalam kesempatan itu, Manager Program Humanitarian Forum Indonesia (HFI), Widowati, mengatakan, simulasi respon kebencanaan yang dilakukan ini, sedikit berbeda dengan respon kebencanaan yang biasa dilakukan. 

Kata dia,  dalam simulasi kebencanaan tersebut masyarakat yang rentan yakni, disabilitas dan lansia terlibat langsung dalam simulasi yang dilaksanakan.

“Alhamdulillah simulasi bencana yang dilaksanakan berjalan dengan baik sesuai dengan rencana, dan simulasi respon kebencanaan ini sedikit berbeda yang mana Disabilitas dan Lansia dilibatkan langsung dalam simulasi tersebut,” jelasnya. 

Lanjutnya, ia menggambarkan, kebencanaan yang terjadi terkadang kelompok rentan disabilitas dan lansia, belum mendapat perhatian khusus dalam penanganan maupun pelayanan. Sehingga, dalam simulasi ini, masyarakat diajak secara bersama bahwa, kesetaraan pelayanan itu tidak ada pembeda.

“Kami ucapkan terimakasih dan memberikan apresiasi kepada semua pihak, yang sudah terlibat langsung dalam kegiatan ini, sehingga berjalan lancar sesuai dengan harapan, khususnya Pokja Opdis dan LKS LU Pelita Hati Sigi,” ungkapnya.

Koordinator Program Opdis LKS LU Kabupaten Sigi, Erwin Pakewai mengatakan, kegiatan simulasi ini telah dilakukan penguatan dengan memberikan pembekalan, serta pemahaman yang melibatkan disabilitas dan lansia. 

Terkait respon bencana yang inklusif dilakukan sejak bulan Mei sampai Agustus 2022, dalam artian, dalam kebencanaan, disabilitas dan lansia ikut terlibat langsung dengan memahami tindakan yang akan dilakukan.

“Selain itu, pemerintah dalam hal ini pemdes, juga menyiapkan alat pendukung bagi disabilitas dan lansia pada fasilitas umum, sehingga kelompok rentan tersebut dapat mengakses, “terangnya.

Erwin yang juga ketua Yayasan Pelita Hati Sigi yang menaungi kelompok lansia itu menambahkan, Desa Bora menjadi projek program pengurangan resiko bencana yang inklusif, karena menjadi salah satu desa dari tujuh desa yang diusulkan Pemerintah Kabupaten Sigi ke Kementerian Sosial RI, sebagai desa inklusif. Dirinya berharap, semua desa yang ada di Kabupaten Sigi dapat menjadi desa yang inklusif.

“Hal ini tentunya juga akan menjadi penguatan untuk kita dorong ke Pemkab Sigi, agar terbentuk sebuah regulasi perda bagi disabilitas dan lansia. Saya juga berterimakasih pada semua pihak yang sudah membantu dan mendukung kegiatan selama hampir empat bulan ini di Desa Bora” ujar Erwin yang di dampingi Ketua Pokja Opdis Sulteng, Heri.

Sementara itu, mewakili Pemerintah Kabupaten  Sigi dari Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP3D) Kabupaten Sigi, Bobi, memberikan apresiasi pada simulasi pengurangan resiko bencana yang dilaksanakan oleh Pokja Opdis dan LKS LU Pelita Hati, yang melibatkan disabilitas dan lansia.  

Tentunya, hal ini akan menjadi pembelajaran dan juga menjadi perhatian dalam tanggap bencana, agar disabilitas dan lansia perlu dilakukan penanganan setara dengan yang lain.

“ia berharap, agar materi yang sudah diberikan pada anggota reaksi cepat Desa Bora, menjadi pembelajaran, serta bantuan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan dijaga dengan baik sebagai aset desa, ” jelasnya. 

Melalui program mitra pelokalan respons kemanusian inklusif yang disebut Pioneer, selain didukung oleh HFI, juga ASB (Arbeiter Samariter Bund), Indonesia and the Philippinnes Advocacy for Disability Inclusioen (AUDISI), Resilience Development Initative (RDI) dan Dompet Dhuafa. 

Hadir dalam kesempatan itu, Sekdes Bora, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Sigi terkait, tokoh masyarakat dan masyarakat Desa Bora yang terlibat langsung dalam simulasi bencana. AJI

Pos terkait