Optimalisasi Lahan Terdampak Gempa dengan Turiman

FOTO BPTP SIGI

SIGI, MERCUSUAR – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sulteng melaksanakan panen jagung dan temu lapang optimalisasi lahan terdampak gempa melalui Tumpang Sari Tanaman (Turiman) dan pengelolaan air, di Desa Karawana, Kecamatan Dolo, Kamis (15/8/2019).

Kepala BPTP Balitbangtan Sulteng, Dr Andi Baso Lompengeng Ishak mengatakan optimalisasi lahan dilakukan mengingat bencana gempa bumi dan likuefaksi di Sigi pada 28 September 2018 lalu memberikan dampak serius pada sektor pertanian, karena terjadinya perubahan struktur lahan dan rusaknya jaringan irigasi utama Gumbasa.

Lahan sawah di Sigi yang terdampak bencana, katanya, seluas 6.611 hektare, tersebut terdiri dari 380,14 hektare rusak berat, 895,14 hektare rusak sedang dan 5.334,91 hektare rusat ringan.

Untuk mengupayakan lahan terdampak bencana agar tetap produktif, BPTP Sulteng kerjasama dengan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sigi, BPP Dolo, serta Pemkab Sigi melaksanakan kegiatan dukungan inovasi pertanian untuk peningkatan Indeks Pertanaman (IP) Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale) lahan kering sawah tadah hujan di Desa Karawana, Kecamatan Dolo.          

Dukungan yang dilaksanakan berupa demonstrasi inovasi teknologi (IT) Balitbangtan pada lahan kering meliputi tata pengelolaan air di lahan kering, serta demonstrasi teknologi tanaman monokultur jagung seluas 10 hektare dan polikultur (Turiman) seluas tiga hektare. Selain itu, introduksi varietas unggul baru (VUB) komoditas padi dan jagung toleran kekeringan, serta dukungan inovasi kelembagaan petani.

Permasalahan utama yang terjadi pada lahan kering terdampak gempa, lanjutnya, tidak tersedianya air untuk pemenuhan kebutuhan tanaman dan daya pegang air yang rendah. Alternative solusinya diintroduksikan teknologi sumber–sumber air dangkal dan irigasi menggunakan water gun sprinkler yang dapat menghemat penggunaan air, dimana air akan merata dan tepat jatuh dititik tumbuh tanaman dengan jangkauan 14 meter.

Sementara peningkatan produktivitas lahan dapat ditempuh melalui rekayasa sistem tanam secara tumpangsari. Inovasi tumpangsari memiliki tujuan, yaitu efesiensi sumber daya berupa air, cahaya dan hara. Serta mengurangi resiko kerugian melalui penganeragaman hasil.

“Komoditas unggul yang diintroduksikan dalam kegiatan Turiman yaitu VUB padi lahan kering Inbrida Padi Logo (Inpago) delapan dan VUB jagung komposit varietas Sukmaraga dan Lamuru yang dapat berproduksi tinggi dilahan kering,” jelas Andi Baso.

Hasil ubinan jagung varietas Lamuru pada pola polikulktur atau turiman menghasilkan 9,4 ton perhektare, sedangkan hasil ubinan varietas Sukmaraga pada pola monokultur mencapai 6,2 ton perhektare.

Gubernur Sulteng diwakili Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng, Trie Iriani Lamakampali berterima kasih pada Kepala BPTP beserta jajarannya, karena telah membuktikan bahwa pemerintah hadir ditengah masyarakat dan memberi motivasi.

“Dampak kerusakan irigasi Gumbasa yang kurang lebih melayani 8.000 hektare masih bisa dimanfaatkan dengan komositas lainnya diluar padi sawah,” tuturnya.

Wakil Bupati (Wabup) Sigi, Paulina menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan panen jagung dan temu lapang yang sifatnya dapat menumbuhkan solidaritas dan memupuk kebersamaan diantara masyarakat untuk mendorong peningkatan produksi tanaman dan upaya optimalisasi pemanfaatan lahan yang ada di Kabupaten Sigi.

Kata Wabup, paradigma ungkapan zaman dahulu harus diubah tidak lagi menanam jagung berbuah jagung, melainkan menanam jagung harus berbuah uang. “Ini perlu inovasi yang sebesar-besarnya seperti sekarang ini,” tuturnya.

Kepala Puslitbangtan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Haris Syabudin mengatakan kerjasama seluruh pihak sangat penting.

Olehnya ia menghimbau agar tidak menyerah dengan keadaan. Artinya tidak boleh berhenti hanya dengan satu kali tanam dan selesai sudah berhenti, tetapi harus bangkit.

Badan Litbang, katanya, menyiapkan bantuan benih jagung untuk kebutuhan 80 hektarea, demikian pula BPTP menyiapkan untuk 80 hektare.

Dia berpesan kepada Kepala BPTP untuk mengkaji betul agar ini menjadi model penanganan dampak bencana yang tipikalnya seperti di Sulteng.

“Ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan terutama bantuan penyediaan air. Selain membentuk model Desiminasi, saya akan menyiapkan kegiatan bimbingan teknis millenial pada kelompok tani,” katanya.

“Saya juga menginginkan agar Kawasan ini menjadi Kawasan Pertanian Sejahtera (SAPIRA),” tutupnya menambahkan. AJI

Pos terkait