Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan, Menata Kota Palu Pasca Bencana 

PALU-bed690fd
Pingkan Hamzens

PALU, MERCUSUAR – Pemerintah Kota Palu melalui Dinas Pariwisata Kota Palu telah selesai menunaikan tugas menyusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Palu (RIPPARKOT Palu) pada akhir Agustus 2022. Pingkan Hamzens, akademisi Untad dan Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Sulteng yang menahkodai penyusunan RIPPARKOT Palu mengatakan, Kota Palu memiliki peluang untuk menjadi Kota Wisata Dunia yang berbasis geowisata atau wisata kebumian dan wisata budaya yang berkelanjutan. 

“Kota Palu yang rawan bencana alam namun juga cantik, merupakan perpaduan yang unik dan hal ini menjadi tantangan bagi Tim Penyusun RIPPARKOT Palu, untuk mampu mengelaborasi keduanya menjadi kekuatan ekonomi baru bagi masyarakat Kota Palu di masa yang akan datang,” ujarnya.

Selanjutnya dikatakannya, perhatian terhadap penataan Kota Palu dan upaya menciptakan masyarakat yang cerdas akan kondisi alam Kota Palu yang cantik dan rawan bencana, merupakan tugas utama Pemerintah Kota Palu. 

“Waktu tentunya menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk diisi dengan sebaiknya, sebelum kekuatan periodik Sesar Palu-Koro menyapa kembali. Untuk itu diperlukan perubahan pengetahuan dan sikap masyarakat Kota Palu untuk menghadapi masa depan dengan makin cerdas sehingga hari esok mampu dipenuh asa yang nyata,” lanjutnya.

Kata dia, jika kita semua peka, maka sangat nyata Kota Palu  terlahir sebagai Kota Taman Bumi atau “Palu The Geopark City”. Maka sangatlah tepat jika Kota Taman Bumi merupakan salah satu ‘City Branding’ bagi Kota Palu. 

“Ini artinya, hamparan satu Kota Palu merupakan Taman Bumi yang unik secara geologi yang kaya dengan budaya dan kearifan lokal. Untuk itu kita semua harus mampu merawat dan memelihara kota ini dengan baik,” ujarnya.

Sebagai Taman Bumi, Kota Palu dilalui warisan sesar Palu Koro. Hal ini menyebabkan Kota Palu menyimpan berkah pengetahuan kebumian yang luar biasa berlimpah. Untuk itu dalam RIPPARKOT Palu, disarankan agar Pemkot Palu memiliki sendiri Pusat Riset Kebumian, yang dapat memantau secara mandiri aktivitas Sesar Palu Koro. 

Beriringan dengan ini, Kota Palu juga diwariskan kecantikan alam dari Lima Dimensi Bentang Alam yang indah menghampar di seluruh wilayah kota, kelima dimensi bentang alam yang dimaksud yaitu: teluk, sungai, lembah, bukit, dan pegunungan. Kehadiran studio-studio alam yang dapat menjadi objek wisata dan tempat produksi film juga menjadi program yang dihadirkan di RIPPARKOT Palu. 

Selain disarankan hadirnya lima menara geopark di lima bentang alam, museum kebencanaan, serta   hal-hal unik lainnya yang hanya ada di Kota Palu. Tentu saja semua ini dilakukan beriringan dengan merawat warisan budaya yang ada baik bangunan maupun situs makam, dan lainnya yang tersebar di Kota Palu. 

Gabungan dua jenis warisan kebumian yaitu Sesar Palu Koro dan lima bentang alam, merupakan sesuatu yang langka di muka bumi dan keduanya merupakan aset pariwisata bagi Kota Palu. Aktivitas sesar Palu Koro pada 28 September 2018 telah menghadirkan jejak sejarah kebencanaan berupa “Kawasan Segitiga Sejarah Kebencanaan Kota Palu” atau ‘Segitiga Geo Koro” yang terletak di pesisir Teluk Palu yang terdampak tsunami, area nalodo (likuefaksi) Balaroa, dan area nalodo (likuefaksi) Petobo, yang patut segera ditata dengan konsep konservasi yang melibatkan masyarakat setempat.

Masa depan Kota Palu pasca bencana alam perlu secara serius ditata dengan baik. Pembangunan Kepariwisataan yang cerdas dan berkelanjutan berbasis Taman Bumi merupakan tindakan nyata penyelenggaraan ekonomi hijau yang mampu menjadi harapan masa depan bersama. Di mana paket wisata yang kelak hadir merupakan paket wisata yang terlahir dari masyarakat pariwisata yang religius, seperti yang diharapkan visi pembangunan kepariwisataan Kota Palu yaitu “Terwujudnya Kota Palu sebagai Kota Wisata Dunia melalui Pengembangan Taman Bumi Lima Dimensi yang Berkelanjutan, Tangguh, Dikelola secara Profesional Berbasis Kekayaan Budaya dan Kelestarian Lingkungan yang Dihuni oleh Masyarakat Pariwisata yang Religius”.

Maka saat ini kata dia, menciptakan pengetahuan kebumian dengan perspektif yang sama bagi masyarakat Kota Palu sebagai masyatakat pariwisata, merupakan hal yang wajib. Masyarakat yang cerdas dalam berpariwisata adalah masyarakat yang tahu karakter kotanya yang cantik dan rawan bencana. Maka kemampuan dalam hal penataan kota secara cerdas adalah menjadi bagian penting dari upaya pembangunan kepariwisataan berbasis mitigasi bencana. Sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat meminimalisir resiko bencana alam dan mampu hidup dengan damai di Kota Taman Bumi Lima Dimensi yang cantik, rawan bencana, namun kaya akan pengetahuan kebumian. Wisatawanpun akan datang ke Kota Palu dengan rasa aman dan dapat menikmati keindahan Kota Palu yang juga kaya dengan  pengetahuan kebumian dan kebencanaan.

“Selamat datang era baru kehadiran masyarakat pariwisata Kota Palu yang cerdas dan religius. Semoga Pembangunan Kepariwisataan di Kota Palu dapat dilaksanakan semua pihak dengan baik, bijaksana, dan sempurna,” tutup Pingkan Hamzens menutup wawancara. */JEF

Pos terkait