MORUT, MERCUSUAR – Kebutuhan tenaga kerja dalam rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Laa di Dusun Malei, Desa Peonea, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara (Morut) diperkirakan mencapai 1.300 orang.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Morut meminta agar pihak PLTA Laa memprioritaskan tenaga lokal.
Demikian dikatakan Penjabat (Pj) Bupati Morut, Yopie MI Patiro, Senin (26/4/2021).
Menurutnya, untuk tenaga kerja pembangunan PLTA berdasarkan komitmen dengan perusahaan, 80% hingga 90% diantaranya berasal tenaga kerja local, utamanya warga sekitarnya.
“Kebutuhan tenaga kerja sesuai laporan dari pihak perusahaan sekitar 1.300 yang akan terserap sejak tahun 2022. Pembangunan PLTA Laa ini memakan waktu selama tiga tahun sejak 2022 hingga 2024. Saya sudah sampaikan agar perusahaan memprioritaskan tenaga lokal,” ujarnya.
Informasi tersebut didapatkan saat melakukan kunjungan kerja (Kunker) di Dusun Malei, Desa Peonea. Saat itu PT Sinergi Raya Utama anak perusahaan Bukaka Group sedang membuka akses jalan dari Desa Peonea menuju lokasi PLTA.
Kehadiran PLTA tersebut, lanjut Pj Bupati, direspon baik oleh masyarakat sekitarnya. Sebab selain dapat menanggulangi krisis listrik di daerah, kehadiran PLTA Laa juga membuka akses jalan masyarakat yang sebelumnya sulit dilalui kendaraan. “Saya belum tahu berapa kebutuhan listrik yang nanti dihasilkan PLTA Laa, namun yang pasti kapasitasnya akan sama dengan PLTA Poso di Sulewana. Sekarang PT Sinergi Raya Utama sedang membuka akses jalan untuk memobilisasi alat alat berat,” jelasnya.
Dia berharapkan kehadiran PLTA Laa bisa berdampak positif terhadap krisis listrik di Morut. “Saya tekankan ke mereka agar nanti listrik yang dihasilkan dari sana (PLTA Laa) jangan hanya dijual ke perusahaan tambanng. Mereka harus bekerja sama dengan PLN untuk menyuplai listrik bagi masyarakat Morowali Utara,” tukasnya.
Diketahui, PLTA Laa berkapasitas 160 megawatt (MW) di wilayah Sungai Laa Kecamatan Petasia Barat, Kabupaten Morowali Utara dengan perkiraan investasi 450 juta dolar atau sekitara Rp5 triliun.
Proyek PLTA tahap pertama berkapasitas 60 MW tersebut dibangun PT Laa Energi dengan perkiraan investasi 100 juta dolar atau Rp1,1 triliun. Megaproyek yang memanfaatkan aliran Sungai Ululaa yang membentang dari wilayah Kecamatan Mori Atas (Hulu) hingga wilayah kecamatan Petasia Barat (Hilir) dengan melewati delapan desa tersebut, dibangun sejumlah investor di antaranya berasal dari China.
Pola pengembangan PLTA tersebut terintegrasi dengan sejumlah industri yang ada di sekitarnya. Kemungkinan PLTA tersebut akan memasok kebutuhan listrik di sejumlah smelter (pabrik pengolahan biji nikel) di Morowali dan Morut, sementara sisanya dialirkan ke masyarakat melalui PLN. VAN