Pemilik TPA di Morowali Ini Butuh Uluran Tangan

TPA-5a1dd970

BUNGKU, MERCUSUAR – Salah seorang pemilik Tempat Pengajian Anak (TPA) Attaya di Desa Dampala, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Hajar Aswad, berharap mendapat uluran tangan dari dermawan atau dari pemerintah setempat, untuk pembangunan fasilitas belajar-mengajarnya.

“Saya ingin dibantu dipublikasikan TPA saya, bagaimana caranya supaya dapat dermawan yang mau membantu tempat wudhu dan kamar kecil,” kata Hajar, Jumat (3/9/2021).

Selama ini, anak-anak pengajiannya melaksanakan aktivitas pengajian di ruang tamu, di rumah panggung miliknya.

“TPA ini berdiri pertengahan tahun 2015, dengan menggunakan sebagian rumah saya, yang waktu itu berukuran 4×6 meter,”terangnya.

Namun, di tahun 2019, banjir bandang menerjang Desa Dampala. Rumah Hajar Aswad ikut hanyut beserta seluruh isinya. Tidak ada yang bisa ia selamatkan, terkecuali hanya baju di badan.

Namun, musibah itu tidak menyurutkan semangat Hajar Aswad untuk tetap mengajar anak-anak mengaji. Sehingga, aktivitas TPA hanya bisa dilakukan di teras tetangga.

“Awal tahun 2020, seorang Polisi yakni pak Bagus, membangunkan kami rumah kayu berukuran 5×7 meter, untuk pengganti TPA kami. Jadi bangunan itulah yang kami pergunakan sampai sekarang,” ujarnya.

Hajar juga mendapat bantuan rumah permanen dari Pemerintah Kabupaten Morowali, untuk mengganti rumahnya yang hanyut, namun rumah itu hingga hari ini belum bisa terpakai, karena mudah tergenang air hujan.

Saat ini, situasi belajar-mengajar di rumahnya tetap normal, walaupun dengan kondisi seadanya. Namun TPA miliknya diakuinya masih memiliki beberapa kekurangan, di antaranya tempat wudhu dan kamar kecil.

“Suami saya tidak punya penghasilan karena kakinya sakit mengecil sebelah. Jadi tidak bisa kerja-kerja berat,” ungkap Hajar.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Hajar terbantukan dengan insentif guru mengaji yang diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Morowali, sebesar Rp700 ribu/bulan.

“Uang segitu, buat makan sebulan saja pas-pasan. Saat ini saya hanya hidup berdua dengan suami, karena anak saya perempuan sudah lebih dulu meninggal,”cerita Hajar.

Lebih jauh, ia menceritakan alasan di balik didirikannya TPA Attaya di Desa Dampala.

“Awalnya, saya Penyuluh Agama Islam di Kemenag meskipun waktu itu masih kontrak,”kenang Hajar.

Seiring waktu saat aktif mengikuti Majelis Taklim yang seluruh pesertanya para ibu-ibu di kampung, ia baru menyadari selama ini bacaan Alquran ibu-ibu tersebut masih minim. Bahkan yang selama ini dikenal sebagai guru mengaji di kampung, bacaan mengajinya juga belum baik.

“Belum Tartil. Maklum cara mereka mengaji masih ala kadarnya,” ucap dia.

Sejak saat itulah ia berinisiatif untuk membuka TPA, dengan menggunakan setengah dari gubuk miliknya. Hajar bersyukur respon warga sangat baik. Itu terbukti karena kian hari, jumlah santrinya terus bertambah.

“Sekarang jumlah santri yang aktif ada 20 orang. Sebagiannya sudah tamat dan pulang kampung,” tutup Hajar.

Di tempat terpisah, Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat (Kabag Kesra) Sekretariat Daerah Kabupaten Morowali, Moh. Nur Taha menjelaskan Pemerintah Kabupaten pada dasarnya menyediakan dana hibah bagi TPA.

Jumlahnya akan ditentukan dari seberapa banyak kebutuhan TPA tersebut, yang dituangkan dalam proposal permohonan bantuan. Misalnya, jika TPA membutuhkan pembuatan kamar kecil, maka harus dituliskan di dalam proposal bantuan dan ditujukan kepada bupati.

“Proposal bantuan jika perlu dimasukkan secepatnya, agar langsung kita ajukan kepada bupati,”pinta Nur Taha.

Bagi dermawan yang ingin membantu TPA Attaya milik Hajar Aswad bisa menghubungi nomor ini 082291067885. INT

 

Pos terkait