POSO, MERCUSUAR – Konflik sosial yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jaya Wijaya, Provinsi Papua, memaksa sebagian besar warga harus meninggalkan wilayah tersebut, tidak terkecuali warga asal Kabupaten Poso.
Bupati Poso melalui Sekretaris Kabupaten (Sekkab), Yan Edward Guluda mengatakan sesuai data yang diperoleh dari Ketua Kerukunan Masyarakat Poso (KKMP) di Wamena, Ratna Tolembo bahwa jumlah warga asal Kabupaten Poso yang berada di wilayah Wamena berkisar 100 orang.
“Semua warga Poso yang ada di Wamena saat ini mulai begerak meninggalkan wilayah itu, karena kondisi keamanan yang belum sepenuhnya stabil,” kata Sekkab.
Saat ini seluruh warga asal Poso yang awalnya tinggal di Wamena sudah berada di lokasi pengungsian di Jayapura. Olehnya itu, Bupati Poso telah memerintahkan untuk segera melakukan penanganan maksimal dan massif, berupa penjemputan serta memfasilitasi berbagai kebutuhan para pengungsi saat tiba di Poso.
“Saat ini terdapat 15 jiwa warga Poso asal Wamena sedang dalam perjalanan melalui laut dan akan tiba di pelabuhan Makassar pada tanggal 5 Oktober pekan ini,” terangnya.
Untuk menjemput pengungsi Poso asal Wamena itu, Bupati telah menunjuk Kepala Dinas Perhubungan Poso, Oktovianus Lebang sebagai Ketua Tim penjemputan.
“Saat ini Kadishub sudah bertolak ke Makassar dengan membawa satu unit bus untuk menjemput para pengungsi Poso asal Wamena,” katanya.
Ke 15 jiwa pengungsi warga Poso tersebut, lanjut Sekab, terdiri dari anak anak, perempuan serta lanjut usia.
“Ini pengungsi kloter pertama. Jadi dijadwalkan akan ada tiga kloter warga Poso yang akan dievakuasi melalui jalur laut. Kloter kedua diperkirakan 45 orang dan kloter ketiga 55 orang,” ujar Sekkab.
Untuk penanganan pengungsi, Pemkab Poso akan melakukan penangan secara maksimal. Bahkan langkah-langkah yang dilakukan seperti penanganan yang bersifat tanggap darurat, sehingga seluruh penanganan benar-benar fokus dan optimal.
Untuk menampung para pengungsi setibanya di Poso, sambungnya telah disiapkan Hotel Wisata Poso.
“Ini kita lakukan agar mereka yang sedang menghadapi tekanan bisa sedikit lega, kita tempatkan di Hotel Wisata sebelum kembali pada keluarga masing-masing,” jelasnya.
Intinya, kata Sekkab, mulai penjemputan sampai penampungan semuanya di fasilitasi Pemkab Poso tanpa terkecuali.
“Penanganan ini benar-benar kita lakukan dalam sentuhan aspek kemanusiaan, dan bentuk kepedulian pemerintah daerah terhadap warganya” ujarnya.
Sekkab juga mengingatkan jika peristiwa Wamena adalah murni konflik sosial yang sama sekali tidak terkait dengan isu keagamaan.
“Ini murni konflik sosial. Terbukti yang jadi korban bukan cuma satu pihak atau agama tertentu saja, namun mereka yang punya keyakinan berbeda. Bahkan salah seorang warga Poso juga ikut menjadi korban dari konflik sosial yang terjadi di Wamena ini,” tandasnya. ULY