Penanganan Stunting Harus dengan Data Akurat

Rapat koordinasi lintas sektor membahas masalah penanganan stunting, di ruang kerja Wagub Sulteng, Selasa (20/5/2025). FOTO: BIRO ADPIM SETDAPROV SULTENG

PALU, MERCUSUAR – Upaya penurunan prevalensi stunting harus dilaksanakan dengan sinergi dan akurasi data. Hal itu ditegaskan Wakil Gubernur (Wagub) Sulteng, dr. Reny A. Lamadjido, saat memimpin Rapat Koordinasi Lintas Sektor, di ruang kerjanya, Selasa (20/5/2025).

Ia menyebut, penanganan masalah stunting saat ini masih menjadi tantangan terbesar, dalam mewujudkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Sulteng.

Peserta rapat terdiri dari pengurus TP-PKK Provinsi Sulteng, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB (P2KB), Dinas Kesehatan, Bappeda dan BKKBN Perwakilan Sulteng. Reny mengajak untuk kembali menguatkan tekad dan langkah kolaboratif dalam menurunkan stunting.

“Jika ditemui anak dengan perawakan pendek bukan berarti ia menderita stunting. Tapi perlu dicek dulu aspek-aspek lain seperti berat badan, kemampuan motorik, kognitif, dan imunitas tubuh agar kesimpulan tidak spekulatif,” tutur Reny.

“Masalah pengukuran krusial, walaupun kecil tapi jika menyumbangkan data yang salah, maka bisa salah penanganan stunting,” sambungnya.

Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2024, prevalensi stunting Sulteng sebesar 26,1%. Reny mendorong agar rencana aksi ke depan harus lebih simpel dan fokus menyasar langsung sasaran berdasarkan data yang valid.

Menurutnya, penguatan peran posyandu menjadi sangat strategis. Termasuk pula Pemanfaatan aplikasi e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat), yang ditekankan sebagai solusi pengumpulan data gizi anak yang akurat.

Data tersebut nantinya menjadi rujukan dalam menentukan intervensi spesifik berbasis by name by address. Selain itu, perhatian terhadap fase kehamilan juga tak kalah penting. Penggunaan alat USG di Puskesmas, terangnya, tidak hanya untuk memantau kehamilan, tapi juga upaya deteksi dini risiko stunting pada janin.

Olehnya, Reny menginstruksikan pelatihan intensif bagi tenaga kesehatan di Puskesmas, agar mampu mengoperasikan alat USG saat skrining pada ibu hamil. */IEA

Pos terkait