SIGI, MERCUSUAR – Yayasan Care Peduli didukung Aktion Deutschland Hilft (ADH) serta Yayasan Penabulu Foundation selaku mitra di lapangan, dalam beberapa tahun terakhir ini intens melaksanakan program pengembangan usaha mikro bagi para penyintas di Desa Mataue dan Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupatan Sigi.
Program tersebut merupakan salah satu upaya untuk menopang penyintas di wilayah itu, sehingga mampu bangkit pascabencana.
Demikian diungkapkan Manajer Program Yayasan Care Peduli, Hilda Rumambi saat ditemui disela-sela acara Gelar Hasil Kegiatan Kelompok Usaha di Desa Mataue, Kecamatan Kulawi, Minggu (2/5/2021).
Lanjut dia, pihaknya telah hadir di wilayah Sulteng pada massa tanggap darurat pascabencana 2018 lalu, dengan berbagai upaya dan program untuk membantu meringankan beban para korban bencana.
Kemudian dalam dua tahun terakhir, pihaknya mulai menjalankan program recovery livelihood, yakni dengan memberikan bantuan modal usaha kepada para penyintas.
“Pascabecnana, kita hadir untuk memberikan penguatan-penguatan kepada penyintas melalui program pengembangan mikro usaha. Selain di Kulawi, program ini juga dijalankan di Kecamatan Sirenja, Donggala yakni di Desa Tompe dan Lompio,” jelasnya.
Menurutnya, bantuan modal usaha yang dikucurkan dalam mendukung pengembangan usaha mikro warga pada program itu tidaklah sedikit, dimana untuk satu kelompok usaha dana yang terkumpulkan untuk modal usaha mencapai sekira Rp105 juta. “Sehingga kita harapkan, dengan dana yang cukup besar ini, maka nantinya usaha-usaha yang telah dipilih dapat berjalan dengan baik, dan juga nantinya menghasilkan champion–champion dalam usaha UMKM di desa-desa tersebut,” ujarnya.
Hilda mengatakan ada 36 kelompok usaha dan 540 penerima manfaat (kaum perempuan dan pemuda), tersebar di empat desa. Keempat desa itu meliputi Desa Mataue dan Bolapapu di Kecamatan Kulawi, Sigi serta Desa Tompe dan Lompio, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala. “Kegiatan usaha mikro yang dijalankan, diantaranya usaha pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, nelayan, dan penjualan barang campuran,” sebutnya.
Sementara itu, Direktur Program Yayasan Penabulu, Adi Nugroho mengatakan hal yang dilakukan bersama masyarakat khususnya penerima manfaat dalam program tersebut adalah membangun resiliensi dari yang ada di sekitar masyarakat dan memaksimalkan kreativitas-kreativitas itu untuk bisa bertahan serta memastikan dapat menjadi sumber penghidupan penyintas, meskipun masih dalam skala kecil atau mikro.
Manejer Program Yayasan Penabulu, Tri Yonanita menambahkan selain kaum perempuan dan pemuda, bantuan juga menyasar kalangan disabilitas yang masuk dalam kriteria program usaha mikro.
“Kami berharap dengan skema kelompok usaha, nantinya para penerima manfaat akan lebih kuat dalam hal ekonomi dan bisa membantu warga yang belum tersentuh bantuan,” jelasnya. AMR