PALU, MERCUSUAR – Para penyandang disabilitas saat ini memiliki peluang kerja yang sama besar, karena di setiap perusahaan diwajibkan memiliki tenaga kerja yang merupakan penyandang disabilitas.
“Karena itulah, untuk lebih mendorong para penyandang disabilitas masuk ke bursa kerja, kami telah memiliki Unit Layanan Disabilitas atau ULD,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Sulteng, Arnold Firdaus kepada Mercusuar, Kamis (21/3/2024).
Ia menuturkan, hadirnya aturan yang mewajibkan setiap perusahaan memiliki tenaga keja, dibarengi dengan syarat skill mumpuni yang harus dimiliki oleh para penyandang disabilitas. Hal tersebut biasanya, menurut Arnold, membuat para penyandang disabilitas tidak mau menyambut kesempatan tersebut.
Kehadiran ULD, kata dia, salah satu tujuannya adalah untuk menjadi fasilitator atau penghubung antara perusahaan yang membutuhkan tenaga penyandang disabilitas, dan para calon tenaga kerja.
Arnold menyebutkan, ada beberapa perusahaan yang datang ke dinas yang dipimpinnya itu, karena adanya kewajiban kuota 20 persen untuk jatah disabilitas atau difabel.
“Makanya itu, kami kemudian mencoba melakukan terobosan terhadap peluang ini, sehingga mereka yang belum memiliki skill, akan kami latih terlebih dahulu,” urainya.
Di sisi lain, lanjut Arnold, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh pihaknya, di antaranya terkait data penyandang disabilitas maupun difabel, yang tidak dimiliki secara menyeluruh. Sebab di instansi lain pun hanya memiliki data sesuai dengan target dan tujuan kerja.
Seperti di Dinas Pendidikan yang hanya memiliki data penyandang disabilitas dan difabel yang memiliki umur wajib sekolah, sementara di Disnakertrans yang dibutuhkan adalah umur yang sudah masuk bursa kerja.
“Untuk itu, saat ini kami melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang memiliki keterkaitan dengan para penyandang disabilitas atau difabel. Alhamdulillah, sudah mulai berjalan,” ujar Arnold.
Kendala selanjutnya adalah terkait psikologis para penyandang disabilitas, ada yang masih merasa tidak memiliki kemampuan yang sama dengan tenaga kerja lainnya. Sehingga lebih memilih untuk tidak ikut terlibat dalam bursa kerja yang tersedia.
“Namun hal itu, bagi kami, akan terus kami tuntaskan persoalannya. Karena ini bagian dari komitmen kami, untuk terus menciptakan tenaga kerja, tanpa melihat kondisi fisik seseorang,” pungkas Arnold. MBH