PALU, MERCUSUAR – Penyuluh agama disebut sebagai ujung tombak Kementerian Agama (Kemenag), dalam menyampaikan nilai-nilai kehidupan melalui bahasa agama, sehingga perlu untuk menguasai materi keagamaan secara menyuluh.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Sulteng, H. Muchlis Aseng selaku Pelaksana Harian (Plh.) Kepala Kanwil Kemenag Sulteng, saat membuka Pembinaan Penyuluh Agama Kristen Non-PNS, di salah satu hotel di Palu, medio pekan lalu.
Menurutnya, pembinaan penyuluh agama sangat penting dilakukan, untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,.
“Olehnya, saya berharap pembinaan ini dapat berkesinambungan,” kata Muchlis.
Pembinaan tersebut, jelasnya, bertujuan untuk lebih meningkatkan kompetensi, mendapatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas secara professional, yang dilandasi kepribadian dan etika, sesuai dengan kebutuhan instansi Kemenag.
“Selain itu, juga untuk menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas,” imbuhnya.
Muchlis juga berharap, para penyuluh dapat menjadi agen perubahan, motivator, edukator, serta motor dalam pembangunan masyarakat, di mana visi dan misi pemerintah menjadi acuan pelaksanaan kerja penyuluh.
“Mari kita membangun kebersamaan, saling bersinergi sehingga tujuan pelaksanaan kegiatan berjalan lancar dan sukses, serta apa yang telah ditargetkan dapat tercapai dengan optimal,” pungkasnya.
Kegiatan tersebut diikuti 80 Penyuluh Agama Kristen Non-PNS, masing-masing dari Kota Palu 11 orang, Kabupaten Sigi 18 orang, Poso 31 orang, Parigi Moutong 13 orang, Donggala 6 orang dan Buol 1 orang. */IEA