Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Pandemi, Sektor Perikanan Berperan Penting

HASANUDDIN ATJO

PALU, MERCUSUAR – Kondisi ekonomi Indonesia saat ini dinilai sedang terpuruk, utamanya akibat pandemi COVID-19 yang masih melanda hingga pertengahan tahun 2020. Pada kuartal pertama tercatat pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya tumbuh 2,97 persen, sedangkan pada kuartal kedua minus 5,32 persen.

Tenaga Ahli Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Dr Hasanuddin Atjo menilai sektor perikanan di tengah pandemi menjadi salah satu sektor yang masih berkontribusi signifikan terhadap devisa negara.

Hal itu disebabkan karena masih adanya ekspor komoditas perikanan seperti udang, tuna, lobster, kerapu, kepiting, rajungan, dan lainnya.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan pada kuartal pertama sebesar 3,52 persen, dibandingkan sedangkan sektor pangan lainnya seperti pertanian, peternakan, perkebunan, dan jasa pertanian hanya tumbuh minus 1,17 persen.

“Di kuartal kedua tahun 2020, PDB nasional anjlok dan tumbuh minus 5,35 persen. Namun PDB sektor perikanan diperkirakan tetap tumbuh positif, karena adanya sejumlah investasi di usaha tambak udang, meningkatnya permintaan komoditas perikanan, utamanya kelompok seafood oleh sejumlah negara. Selain itu harga komoditas ini di pasar internasional cenderung naik,” terang Hasanuddin, Selasa (11/8/2020).

Menurutnya, kebutuhan udang di dunia saat ini mencapai hingga sekira 6 juta ton. Sementara kemampuan suplai diperkirakan hanya sekira 4 juta ton.

Kekurangan sekira dua juta ton tersebut, kata Hasanuddin, menjadi kesempatan berharga bagi Indonesia yang memiliki potensi di sektor tambak udang dan beriklim tropis, sehingga memungkinkan usaha budidaya udang dapat berlangsung sepanjang tahun.

“Hampir 60 persen devisa sektor perikanan pada tahun 2019 sebesar USD 4,1 miliar, berasal dari ekspor udang. Karena itu Pemerintah melalui Kementerian KP di bawah koordinasi Menko Maritim dan Investasi memproyeksikan produksi udang di 2024, akan ditingkatkan sebesar 250 % dari 500 ribu ton tahun 2019 menjadi 1.250 ribu ton,” ujar Hasanuddin, yang juga Ketua Shrimp Club Sulawesi dan Ketua Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani) Sulteng.

Terkait hal itu, pada tahun 2020 telah ditetapkan lima daerah yang menjadi percontohan klaster udang nasional, yakni Kabupaten Buol di Sulteng, Pinrang di Sulsel, Sukamara di Kalteng, Aceh Timur di Aceh, dan Lampung Tengah di Lampung. Daerah lainnya yang potensial untuk pengembangan tambak udang, disebutnya juga memiliki kesempatan dan bisa menjadikan komoditas udang sebagai salah satu lokomotif bagi ekonomi daerahnya.

Provinsi Sulteng yang memiliki daerah dengan empat kawasan perairan laut dan pesisir, yakni Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Tomini, serta Teluk Tolo, menurut Hasanuddin, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu kekuatan ekonomi daerah untuk meningkatkan kemampuan fiskal yang berkategori rendah dan sangat rendah, membuka lapangan kerja, serta kesempatan berusaha dalam rangka menekan angka kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan.

Olehnya, pemerintah daerah menurutnya dapat menyiapkan master plan, detail desain serta rencana aksi dari masing-masing kawasan, dan telah mengakomodir pengembangan di sektor lain. Atau dengan kata lain, telah berorientasi pada pendekatan industrialisasi, tata ruang dan tuntutan digitalisasi. “Dokumen-dokumen ini menjadi penting untuk meningkatkan daya tarik investasi yang saat ini masih bersoal, menjamin keteraturan dan efisiensi yang bermuara kepada usaha yang berkelanjutan. Peran Pemerintah Provinsi dalam hal ini tentunya menjadi kunci,” pungkasnya. IEA/*

Pos terkait