PALU, MERCUSUAR – Perusahaan asal Jepang Liwani Mirai Ltd yang bergerak pada sektor pertanian dan perkebunan yaitu tanaman jarak pagar dan jahe, bakal investasi di Sulteng.
Hal itu diungkapkan oleh perwakilan Liwani Mirai Ltd, Fatoni Saputra saat audiens dengan Gubernut Sulteng, Longki Djanggola di ruang kerja Gubernur, Senin (2/3/2020).
Menurut Fatoni, pihaknya telah melakukan survei lahan dan pengambilan sampel tanah di Kabupaten Sigi dan Poso, yaitu wilayah Tampulore dan Kulawi.
Survei dan pengambilan sampel, katanya, pihak perusahaan menurunkan tim para akademisi ITB bersama sejumlah akademisi dari universitas lainnya, serta didampingi akademisi asal Universitas Tadulako (Untad).
“Hasil survei dan pengambilan sampel sudah dikirim dan diterima di Jepang,” katanya.
Perusahaan Liwani Mirai Ltd, sambungnya, merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertanian, khususnya fokus dalam budidaya jarak pagar dan pengolahannya.
“Hasilnya perusahaan sepakat dengan hasil lab (laboratorium) lahan di lokasi Sigi, Kulawi dan Napu,” tutur Fatoni.
Melihat hasil laboratorium tersebut, lanjut dia, perusahaan berkomitmen membangun mesin pabrik di Palu.
Olehnya itu, jika Pemerintah Provinsi Sulteng melalui Gubernur merespon keinginan perusahaan berinvestasi, maka Presiden Direktur PT Liwani Mirai Ltd bersama Duta Besar Jepang akan audiens dengan Gubernur.
“Kami upayakan bangun pabrik. Hasil pertemuan hari ini kami laporkan ke Presiden Direktur dan Bapak Dubes untuk bisa datang ke Palu,” katanya.
GUBERNUR: BERDAYAKAN PETANI
Gubernur Sulteng, Longki Djanggola mengapresiasi rencana investasi tersebut, apalagi investasi disektor perkebunan dan pertanian karena masyarakat di Sulteng cenderung bekerja disektor tanaman.
Namun Gubernur menegaskan yang jadi catatan penting adalah bagaimana perusahaan itu memberdayakan petani, tidak hanya sekedar menyiapkan bibit jarak.
“Tidak hanya beri bibit ke petani, tapi bagaimana memberdayakan petani. Seperti membiayai mereka pada tahap proses penanaman,” tandas Gubernur.
Dikatakan Gubernur, masyarakat petani di Sulteng merasa trauma karena pernah menanam jarak, tetapi setelah tanaman itu sudah panen tidak ada pihak pengusaha yang membeli jarak tersebut, sehingga perusahaan harus benar-benar memperhatikan keinginan petani.
“Kami punya pengalaman beberapa tahun lalu. Masyarakat di sini sudah pernah tanam jarak. Kalau hanya dikasi bibit, tidak dikasi biaya penanaman, bibit itu akan dibiarkan begitu saja,” katanya.
Gubernur juga mengapresiasi rencana perusahaan asal Jepang itu membangun pabrik di Palu.
Pemerintah Daerah, kata Gubernur, memberikan ruang kepada perusahaan membangun pabrik di lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu.
“Boleh bangun di KEK. Proses perizinannya mudah melalui pengelola KEK dan Dinas Perizinan Penanaman ke Ibu Shandra,” jelas Gubernur. BOB