Petani Bingung tak Ada Penyerapan Beras

Basirun 3

PALU, MERCUSUAR – Petani di Desa Tolai, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) mengaku bingung karena beras hasil panen raya baru-baru ini tidak terserap lagi oleh Perum Bulog.

Salah seorang petani, I Nyoman Suartana mengaku sejak panen dimulai 15 hari yang lalu, beras-beras milik petani masih tertumpuk di penggilingan, akibat tidak adanya penyerapan dari Bulog.

“Sekarang beras lagi banyak, tapi kenapa Bulog tidak menyerap, intinya itu. Sudah panen raya ini, baru mulai 15 hari panen, tapi beras sudah menumpuk di gilingan. Petani sudah mulai komplain karena Bulog berhenti menyerap. Masalahnya penyerapan beras dari petani ini tidak ada, jadi mau dibawa ke mana,” ujar Suartana saat dihubungi media ini melalui telepon, Rabu (24/2/2021).

Padahal, kata dia, beberapa tahun sebelumnya beras-beras petani selalu diserap oleh Bulog hingga 5.000 ton yang diimbangi dengan kebutuhan pasar umum hingga ke Manado dan Gorontalo.

“Tahun 2018, 2019 sampai tahun lalu masih masuk ke Bulog. Kita ini, kan, mitra di Bulog, bisa terserap sampai 5.000 ton,” imbuhnya.

Ia menuturkan, jika kondisi tersebut terus berjalan, maka para petani akan merugi dan kondisi beras hasil panen akan rusak jika terlalu lama disimpan.

BARU DAPAT IZIN DARI PUSAT

Dikonfirmasi terpisah, Pemimpin Wilayah (Pimwil) Perum Bulog Sulteng, Basirun menjelaskan pihaknya baru mendapatkan izin dari Bulog Pusat untuk melakukan pembelian beras petani untuk stok Public Service Obligation (PSO), mulai Rabu (24/2/2021).

“Alhamdulillah, mulai hari ini Bulog Sulteng sudah diizinkan oleh Pusat untuk pembelian beras petani untuk stok PSO, dengan harga dan kualitas sesuai ketentuan pemerintah,” kata Basirun, melalui pesan singkat, Rabu (24/2/2021).

Terkait dengan kondisi petani di Desa Tolai tersebut, Basirun mengaku akan segera melakukan pengecekan, karena sudah mendapatkan izin dari Bulog Pusat.

“Kami cek kembali di lapangan untuk dapat kami beli sebagai serapan beras PSO, sepanjang kualitas dan harga sesuai ketentuan pemerintah,” lanjutnya.

Sebelumnya, kata Basirun, kebijakan dari Perum Bulog pusat untuk stok PSO adalah pembelian gabah kering giling (GKG), untuk menjaga kualitas saat disalurkan. Mengingat stok beras PSO saat ini cukup besar, dan belum ada penugasan penyaluran dari pemerintah kecuali hanya untuk Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH).

“Stok beras PSO medium yang ada saat ini cukup besar, dan belum ada penugasan pemerintah untuk penyalurannya selain KPSH yang realisasinya sangat kecil. Stok beras medium PSO di Bulog Sulteng saat ini 15.200 ton, sementara penyaluran hanya 20 sampai dengan 50 ton per hari,” jelas Basirun.

Ia juga menuturkan, pada tanggal 16 Februari 2021 lalu, telah dilakukan pengecekan oleh Pemimpin Cabang Bulog Kabupaten Poso di beberapa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), salah satunya bersama Ketua Gapoktan Pesisir Bersaudara, H Jamal.

Dari pengecekan tersebut, untuk harga beras yg sesuai standar medium Rp.8.400, dan yang di bawah standar antara Rp.8.200 dan Rp.8.300. Informasi dari Gapoktan, sebagaimana yang disampaikan H. Jamal, ungkap Basirun, para petani belum berminat menjual gabahnya (GKG) ke Bulog.

“Pembelian beras lokal untuk kebutuhan komersial tetap berjalan, sesuai kondisi permintaan pasar. Saat ini sudah berjumlah 670 ton,” pungkas Basirun. IEA

Pos terkait