DONGGALA, MERCUSUAR – Program Kemitraan Masyarakat (PKM) di Desa Salubomba, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, mengembangkan budidaya ternak lebah, oleh kelompok masyarakat setempat.
Program tersebut dijalankan tim penyelenggara yang terdiri dari Dr. Syahruddin Hattab, M.Si. sebagai Ketua dan Dr. Daswati, M.Si. sebagai anggota, dengan melalui beberapa tahapan program. Pada tahap akhir dilaksanakan berbagai pelatihan, yakni pelatihan nonteknis, pelatihan pengemasan produk, dan pelatihan pengolahan madu lebah melalui Teknologi Tepat Guna (TTG).
Program tersebut merupakan program pengabdian masyarakat yang didanai dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek (Kemendikbud Ristek) RI, yang diperuntukkan untuk dosen melalui skim Pogram Kemitraan Masyarakat (PKM) tahun 2021.
Ketua Tim Penyelenggara, Dr. Syahruddin Hattab mengatakan, program tersebut berjudul pendampingan kelompok budidaya ternak lebah berbasis kelapa untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pascabencana di Desa Salubomba.
Pada program tersebut, pengembangan ternak budidaya lebah dilakukan di sekitar tanaman kelapa, dengan tujuan terjadi peningkatan produksi buah kelapa sekira 50-80 persen. Hal itu karena proses penyerbukan terbaik, disebut dapat dihasilkan melalui lebah, dibanding serangga lainnya.
“Selain itu, dapat pula dihasilkan madu dengan nilai ekonomi cukup tinggi, yakni sekira Rp100 ribu hingga Rp150 ribu perbotol, dengan pemasaran yang cukup mudah,” kata Syahruddin, Senin (29/11/2021).
Kegiatan PKM tersebut telah melakukan panen perdana sebanyak 4 kotak koloni, dengan hasil 4 botol madu lebah. Pada panen kedua diperkirakan akan dihasilkan madu dari 10 kotak koloni dan diprediksi 10 botol dan nilai uangnya Rp1.000.000 dalam 2 minggu.
Syahruddin menuturkan, keberhasilan usaha budi daya lebah tersebut karena keuletan kelompok ‘Lanoa’ untuk memasang kotak jebakan yang sudah 30 kotak koloni, sehingga sudah menjadi 40 kotak koloni, dari 10 yang didapatkan melalui PKM.
“Dari 40 kotak koloni kelompok Lanoa ini panen lebah madu 2 kali dalam sebulan yaitu setiap 2 minggu. Hasil panennya antara 5-8 botol, dengan nilai jual Rp100 ribu perbotol,” ujarnya.
Salah seorang pemateri pada pelatihan nonteknis program tersebut, Drs. Muhammad Jufri, M.Si. mengatakan kepada media ini, Senin (29/11/2021), pada pelatihan yang telah dilaksanakan di awal Oktober 2021 lalu, dibahas mengenai 3 hal, yakni bidang pemasaran produk, bidang manajemen usaha (pembukuan), dan bidang penguatan kelembagaan (administrasi kelompok).
Jufri, yang membawakan bidang pengembangan penguatan kelompok menyebutkan bahwa kelompok budidaya lebah di Dusun 5 Desa Salubomba yang diberi nama ‘Lanoa’ telah berhasil mengembangkan budidaya lebahnya, dari 10 kotak budidaya menjadi 40 kotak.
“Kelompok Lanoa ini sudah berhasil mengembangkan budidaya lebah. Olehnya, perlu penguatan kelembagaan kelompok, untuk menata kelompok Lanoa ini menjadi kelompok mandiri yang berkelanjutan,” ujar Jufri.
Ia menambahkan, seiring dengan program pengembangan budidaya lebah, di masa akan datang Dusun 5 Desa Salubomba akan dikembangkan menjadi kampung lebah madu yang berorientasi agrowisata.
Pemateri lainnya, Ir. Sitti Sabariyah menambahkan, pengembangan lain yang dilakukan pada program tersebut, adalah mengembangkan cara mengelola madu tanpa sentuhan tangan. Yakni dengan melalui mesin, sehingga madu yang dihasilkan terjamin higienis.
Melalui PKM tersebut, Sitti Sabariyah mengembangkan 2 model pengolahan madu, yakni pengolahan yang khusus untuk madu dengan menggunakan mesin, dan pengolahan madu yang dimasak digabung dengan sarangnya. Madu yang dimasak bercampur dengan sarang tersebut, kata dia, memiliki kualitas yang lebih baik karena kaya kandungan propolis, royal jelly dan pollen.
“Kalau yang dimasak gabung dengan sarangnya, warna yang dihasilkan lebih gelap tidak sejernih pengolahan khusus madu dengan mesin. Namun, lebih kaya kandungan propolis, royal jelly dan pollen,” jelas Sabariyah.
Menurutnya, keberhasilan PKM ini dapat dilihat dari transfer ilmu kepada masayarakat. Sehingga masyarakat di luar program PKM banyak mengembangkan, dengan meniru dari kegiatan KPM.
Menurut Ketua Kelompok ‘Lanoa’, Majid, saat ini sudah ada 3 orang warga yang meniru pengembangan tersebut dengan jumlah kotak koloni sebanyak 50 kotak. IEA