Poktan Kopi Diberi Pelatihan Pertanian Inklusif

POSO, MERCUSUAR – Kelompok tani (poktan) pertanian kopi dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Lore Peore dan Lore Tengah, Kabupaten Poso, mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas petani pelatih, melalui Training of Trainers (ToT) Pertanian Inklusif untuk kopi berkelanjutan, 29 Mei 2023 hingga 3 Juni 2023.

Kegiatan tersebut dilaksanakan Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH dan Direktorat Jenderal Perkebunan Kemeterian Pertanian RI, Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Sulteng, Dinas Pertanian Kabupaten Poso, serta Rainforest Alliance (RA).

Pelatihan itu dalam kerangka kerja sama proyek Sustainability and Value Added in Agricultural Supply Chains in Indonesia (SASCI+).

Technical Profesional Program SASCI+, Erus Rusyadi menuturkan, kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting bagi petani di Sulteng, khususnya di Kabupaten Poso.

“Karena itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menjadikan dataran tinggi Napu dan Besoa atau Kecamatan Lore Bersaudara di Kabupaten Poso sebagai sentra pengembangan komoditas kopi, di dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2021–2026,” kata Erus, melalui keterangan tertulisnya, Senin (29/5/2023).

Menurutnya, beberapa tahun belakangan, petani di Kabupaten Poso menghadapi tantangan seperti produksi menurun dan pengolahan pascapanen yang belum baik, disertai dengan berbagai tantangan ekologi, ekonomi, dan sosial.

Untuk itu, pihaknya mengatakan peningkatan kapasitas petani dalam budidaya kopi berkelanjutan menjadi sangat penting, untuk memastikan keberlanjutan produksi kopi dan meningkatkan kesejahteraan petani.

“Dalam konteks peningkatan kapasitas petani dalam berbudidaya kopi, peran pemerintah dan organisasi masyarakat sipil sangat penting dalam memberikan layanan pendidikan, pelatihan pendampingan kepada petani, serta memfasilitasi akses petani terhadap pasar dan pembiayaan,”jelasnya.

Selain itu, kerja sama antara petani juga dapat menjadi kunci dalam meningkatkan kapasitas petani dalam berbudidaya kopi.

“Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kapasitas petani dalam berbudidaya kopi adalah melalui pelatihan dan pendidikan,” tandasnya.

Salah seorang peserta yang berasal dari Poktan Tunas Baru Desa Siliwanga, Gede Muliasa mengharapkan melalui kegiatan tersebut, pihaknya dapat mengimplementasikan berbagai tindakan yang dapat meningkatkan hasil dari pertanian kopi yang dikelolanya.

“Harapannya dari sini bisa dikembangkan di kelompok kami, supaya hasil bisa meningkat dari sebelumnya. Untuk saat ini hasilnya masih sangat kurang, mudah-mudahan melalui pelatihan ini bisa lebih meningkat lagi,” kata Gede.

Ia mengungkapkan, selama ini petani kopi masih menghadapi masalah hama, seperti hama semut. Dengan pelatihan tersebut, Gede berharap mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk menuntaskan berbagai kendala tersebut, terutama terkait cara mengatasi hama dengan tidak menggunakan pestisida.

Sementara itu, Kepala UPT Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih Disbunnak Sulteng, Andi Gellang mengatakan, melalui pelatihan tersebut para peserta dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar dalam praktik budidaya kopi yang efektif dan efisien.

“Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta memiliki kemampuan berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada petani lainnya. Kami sangat mengharapkan mereka dapat menularkan kepada petani di desa mereka, sehingga dapat diketahui oleh banyak orang,” tutur Andi Gellang.

Rainforest Alliance (RA) adalah organisasi global yang bekerja di lebih dari 70 negara di persimpangan bisnis, pertanian, dan hutan. RA membangun aliansi untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi manusia dan alam, dengan menjadikan bisnis yang bertanggung jawab sebagai normal baru.

RA hadir di Indonesia lebih dari 18 tahun, membangun hubungan jangka panjang dengan organisasi masyarakat, LSM, perguruan tinggi lokal, dan lembaga pemerintah untuk membangun kapasitas dan menghasilkan insentif pasar dan kebijakan yang transparan dan kompetitif untuk pengelolaan lahan berkelanjutan, penghidupan yang lebih baik, dan konservasi keanekaragaman hayati. IEA

Pos terkait