PALU, MERCUSUAR – Aparat Kepolisian Sektor (Polsek) Palu Barat, Kota Palu, menangkap delapan orang tersangka penggelapan beras program bantuan pangan.
Kapolsek Palu Barat, AKP Rustang kepada wartawan di Mapolsek Palu Barat, Minggu (2/6/2024) menyebutkan, para tersangka diduga melakukan pengurangan takaran beras bantuan pangan, yang seharusnya diterima masyarakat sebanyak 10 kilogram menjadi hanya sekira 8,4 hingga 8,9 kilogram saja.
Para tersangka terdiri atas enam orang buruh lepas yakni Z (32 tahun), MZ (32), I (18), A (18), ER (21), serta satu orang remaja berusia 17 tahun. Sementara dua orang lainnya yakni S (31) merupakan sopir, dan AL (53) sebagai penadah. Para tersangka ditangkap pada Sabtu (1/6/2024).
“Dari hasil pemeriksaan, enam orang tersebut mengakui telah bersama-sama melakukan perbuatan pencurian. Kemudian dari hasil pengembangan, tim ops menangkap dua orang pelaku penadah. Dari hasil pemeriksaan, dua orang tersebut mengakui telah membeli beras hasil curian,” kata Rustang.
Polisi menyita sejumlah barang bukti, berupa tiga buah potongan pipa yang sudah diruncingkan, sebagai alat yang digunakan mengurangi isi karung, serta 58 karung beras ukuran 10 kilogram yang telah dikurangi isinya.
Modusnya, para tersangka yang meruapakan buruh lepas angkutan mitra Bulog, mengurangi takaran beras yang sedang dalam perjalanan dari gudang Bulog menuju lokasi pembagian, dengan cara melubangi karung menggunakan pipa yang diruncingkan.
Rustang menyebutkan, pihaknya menemukan beras yang takarannya berkurang di tiga kelurahan di Kota Palu, yakni Ujuna, Lere dan Kamonji.
“Berdasarkan fakta-fakta yang kami temukan di lapangan, segera kami lakukan gelar perkara untuk kasus ini dinaikkan ke tingkat penyidikan. Kami berkoordinasi dengan kejaksaan untuk proses selanjutnya. Ada juga beberapa keterangan bahwa kegiatan ini sudah berlangsung beberapa kali, itu akan kita kembangkan terus,” ujar Rustang.
Sementara Pemimpin Wilayah (Pimwil) Perum Bulog Sulteng, Heriswan mengapresiasi dan berterima kasih kepada aparat kepolisian, yang menurutnya telah bekerja cepat, sehingga permasalahan tersebut menjadi jelas.
“Kami dari Bulog berharap, ke depan bantuan dari media serta masyarakat untuk bisa menyampaikan hal-hal seperti ini (terjadi kekurangan takaran beras),” kata Heriswan.
Ia juga mengimbau kepada warga atau pihak kelurahan dan desa, jika merasa beras bantuan pangan yang diterima telah berkurang takarannya, segera melapor ke pihak Bulog agar dapat diganti.
“Pihak kelurahan/desa tolong sampaikan ke warganya, kalau merasa beras yang diterima kurang takarannya, laporkan ke kami. Nanti kami jemput dan langsung ganti,” tandas Heriswan.
Sebelumnya, kasus ini merebak setelah sejumlah warga Kelurahan Ujuna melapor ke Pemerintah Kelurahan, bahwa takaran beras bantuan pangan yang diterima kurang dari 10 kilogram. Rata-rata warga melapor beras yang diterima hanya 8—9 kilogram saja.
“Warga sudah sampai di rumah, lalu kembali karena menurutnya beras yang diterima beratnya kurang dari 10 kilogram. Kami lalu sampaikan ke Bulog,” kata Lurah Ujuna, Reenas kepada wartawan, Kamis (30/5/2024).
Perum Bulog Kanwil Sulteng merespons laporan dari Kelurahan Ujuna, dengan langsung penggantian sejumlah 119 karung yang masih tersimpan di kantor Kelurahan.
“Kami langsung tarik yang lama, dan ganti dengan yang timbangannya cukup 10 kilogram,” kata Pimwil Bulog Sulteng, Heriswan.
Selain itu, Bulog juga akan berkoordinasi dengan Satgas Pangan serta Polresta Palu, untuk menelusuri pihak yang bertanggung jawab sehingga terjadi kekurangan jumlah takaran beras bantuan pangan.
“Nanti kita koordinasi dengan Satgas Pangan, biar tidak berlarut, cukup sekali ini,” imbuhnya.
Heriswan menjamin takaran setiap karung beras yang keluar dari gudang Bulog untuk didistribusikan sudah sesuai dengan yang tertera di kemasannya. Hal itu karena pihaknya menerapkan proses pengawasan ketat, salah satunya dengan melakukan pengecekan secara berulang.
“Kalau timbangan dari gudang sudah dilakukan pengecekan berkali-kali. Bahkan setiap hari kepala gudang dengan petugas bagian operasional selalu memerhatikan itu, ditimbang kembali sebelum disalurkan,” ungkap Heriswan. IEA