Poso Energy Jamin Kearifan Budaya Lokal

Aslori Ilham

POSO, MERCUSUAR – Meski telah mendapat persetujuan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Poso dan mengantongi dokumen izin Amdal, rencana PT Poso Energi yang akan melaksanakan proyek pengerukan dan penataan kawasan wisata sepanjang aliran sungai Poso di Kota Tentena tidak berjalan mulus.

Pasalnya, proyek yAng merupakan CSR PT Poso Energy masih mendapat tantangan dari masyarakat setempat. Namun demikian PT Poso Energy mengaku masih terus melakukan pendekatan, baik itu secara formal ataupun informal pada berbagai elemen masyarakat di Kota Tentena.

Humas PT Poso Energy, Aslori Ilham mengatakan sebenarnya Bupati Poso sudah meminta Poso Energy segera melaksanakan pekerjaan penggerukan aliran sungai yang membelah kota Tentena itu, agar aliran sungai dapat berjalan lebih maksimal. Selain itu, juga dapat memaksimalkan beroperasinya turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara.

Langkah PT Poso Energi yang terus mengupayakan pendekatan pada elemen masyarakat di Tentena, kata Aslori, sebagai upaya  menghindari adanya gesekan dengan pihak-pihak yang selama ini belum setuju dilakukannya penataan sepanjang aliran Sungai Poso, yang dimulai dari ‘mulut’ Danau Poso hingga Desa Saojo.

“Kalau berdasarkan ijin serta rencana pekerjaaan, pada tanggal 14 Oktober 2019 ini kami harus sudah dapat memulai pekerjaannya,” tuturnya.

Dikatakan Aslori, hambatan yang ada saat ini terkait pemahaman yang keliru seperti, dampak pengerukan yang dikhawatirkan akan merusak Jembatan Yondo Pamona yang bagi masyarakat Tentena dianggap sebagi situs budaya.

Padahal, kata Aslori, pihaknya sama sekali tidak akan membongkar jembatan yang  ada, tapi justru akan merenovasi jembatan tersebut lebih baik tanpa merubah dari konstruksi aslinya yang terbuat dari material kayu. “Kalau melihat jembatan saat ini, kondisinya sudah sangat rawan. Kami justru ingin berkontribusi agar jembatan ini dapat dipugar serta ditata dengan lebih baik dan menjadi tempat wisata yang lebih memadai. Dan di sepanjang jembatan akan dibuat tempat istirahat yang bisa digunakan sebagai tempat untuk memasang foto foto yang berisi tentang sejarah jembatan tersebut,” terangnya.

Kendala lain yang dihadapi PT Poso Energi, lanjut Aslori, yakni membengkaknya jumlah para pemilik pagar (jaring) Sogili (belut), Karamba ikan air tawar, serta para penambang pasir di wilayah aliran sungai yang akan dikeruk. “Sebenarnya kami telah mendata secara valid dari awal jumlah real pemilik pagar Sogili, karamba, serta jumlah para penambang pasir. Namun sayang ketika  akan dikompensasi alias ganti rugi, tiba tiba jumlah pemilik pagar  Sogili, Karamba dan penambang pasir justru bertambah beberapa kali lipat,” ujar Aslori.

Namun demikian, kata Aslori, pihak perusahan beritikad baik dengan tetap akan memberikan kompensasi kepada yang baru memiliki pagar Sogili, karamba dan juga yang eks penambang pasir. “Kita tetap memberikan kompensasi, namun saat ini masih terkendala besaran nilai kompensasinya,” katanya.

Terkait adanya upaya menghilangkan budaya kearifan lokal terkait keberadaan pagar Sogili, Aslori menyatakan hal tersebut tidak benar. Justru yang ada kedepan, budaya itu akan tetap dipertahankan.

Bahkan penataannya akan lebih ditata secara rapi dan indah, sehingga dapat menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Tentena. “Kearifan budaya lokal masyarakat akan tetap kami junjung tinggi dalam penataan sungai Poso ini. Sebaliknya,  kami ingin menjadikan kawasan ini sebagai salah satu objek destinasi wisata yang ada di Kota Tentena sembari mempertahankan budaya lokal yang ada,” pungkas Aslori yang didampingi tim CSR PT.Poso Energy. ULY

Pos terkait