PARMOUT, MERCUSUAR – Berdasarkan data kesehatan Provinsi Sulteng, penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) 8,6% selama periode satu tahun, yakni dari 30,1% tahun 2018 menjadi 21,1% tahun 2019.
Sementara balita berstatus wasting terjadi penurunan 1,6% , yakni dari 12,4% tahun 2018 menjadi 10,8 persen tahun 2019. Demikian masalah gizi underweight juga terjadi penurunan 4,3%, yaitu dari 17,4% tahun 2018 menjadi 13,1% tahun 2019.
“Hal ini bisa kita capai melalui pendekatan multi sektor dan komitmen bersama untuk melakukan intervensi spesifik dan sensitif percepatan penanganan masalah stunting,” kata Wakil Bupati (Wabup) Parmout, H Badrun Nggai saat membuka kegiatan penilaian kinerja aksi penurunan stunting yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Parmout di gedung pertemuan Bapelitbangda, Rabu (7/10/2020).
Wabup juga menyampaikan bahwa sebagai upaya mendukung percepatan program nasional penanganan stunting, Pemkab Parmout telah melakukan sinkronisasi dan koordinasi program kegiatan pada OPD sejak tahun 2019. Saat itu Kabupaten Parmout dinyatakan salah satu daerah yang menjadi lokus stunting oleh Kementerian Perencanaan Nasional dari 160 kabupaten kota lokus stunting.
Sementara itu, dalam laporan ketua penyelenggara penilaian kinerja aksi penurunan stunting yang juga Kepala Badan Bapelitbangda, Zulfinasran yang dibacakan Kabid Sosial Budaya Bappelitbangda, Said Badja mengatakan bahwa kegiatan tersebut berdasarkan Surat Gubernur Sulteng.
Tujuan kegiatan tersebut, lanjutnya, sebagai salah satu upaya melakukan perbaikan konvergensi intervensi gizi, dimana perbaikan gizi tersebut dilakukan melalui pelaksanaan delapan konvergensi/integrasi dalam perencanaan, penganggaran, implementasi, pemantauan dan evaluasi program.
Dia juga berharap bahwa pelaksanaan integrasi bisa meningkatkan jumlah rumah tangga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dapat mengakses intervensi gizi secara lengkap atau konvergen.
“kegiatan ini juga untuk memberikan informasi mengenai aspek kinerja apa saja yang sudah baik atau, yang masih perlu ditingkatkan, dan sebagai perbandingan kinerja dan pembelajaran antar kabupaten/kota dalam wilayah Sulawesi tengah untuk meningkatkan kualitas maupun hasil pelaksanaan delapan aksi konvergensi atau integrasi,” jelasnya. TIA