PALU, MERCUSUAR – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulteng menggelar Sosialisasi Penyelarasan Target Indikator Utama Pembangunan RPJPD tahun 2025-2045, terkait Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK), di salah satu hotel di Palu, Selasa (3/12/2024).
Pertemuan tersebut dihadiri perwakilan Kementerian PPN/Bappenas, Sekretariat Low Carbon Development Indonesia (LCDI), narasumber akademisi dari Universitas Tadulako, serta stakeholder terkait.
Dalam sambutannya, Kepala Bappeda Provinsi Sulteng, Christina Shandra Tobondo menekankan Pembangunan Rendah Karbon (PRK) adalah langkah strategis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam aksi perubahan iklim.
“Pembangunan rendah karbon tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi GRK, tetapi juga bertujuan untuk meminimalkan eksploitasi sumber daya alam guna menjamin keberlanjutan kehidupan manusia. Pemerintah Sulawesi Tengah juga berkomitmen terhadap penurunan emisi gas rumah kaca menuju pembangunan berkelanjutan,” ujar Christina.
Dalam RPJPD Sulteng 2025–2045, pemerintah telah menetapkan target untuk mencapai penurunan emisi GRK menuju net zero emission. Penyesuaian tersebut sejalan dengan arahan RPJPN Nasional dan visi Indonesia Emas 2045. Indikator utama yang menjadi fokus adalah penurunan intensitas emisi GRK dan peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH).
Berdasarkan data yang disampaikan, emisi netto Sulteng pada tahun 2023 tercatat sebesar 31,3 juta ton CO2e, turun 10,69 persen dibandingkan baseline emisi sebesar 36,99 juta ton CO2e. Target tersebut direncanakan akan terus ditingkatkan secara bertahap hingga tahun 2045.
“Penyelarasan indikator pembangunan adalah langkah fundamental agar target penurunan emisi GRK dapat dicapai secara konsisten,” tegas Christina.
Berbagai sektor menjadi fokus intervensi, termasuk pertanian ramah lingkungan, sektor energi, kehutanan, limbah domestik, dan peningkatan ketahanan terhadap bencana akibat perubahan iklim. Dalam aplikasi AKSARA yang dikelola oleh Bappenas, Sulteng telah melaporkan 719 aksi mitigasi dari 2010 hingga 2023, dengan potensi penurunan emisi mencapai 17,82 persen dari baseline.
“Melalui langkah-langkah terukur dan dukungan dari semua pihak, kami optimis Sulawesi Tengah dapat menjadi wilayah yang maju, sejahtera, dan berkelanjutan,” tutup Christina. */ABS