PALU, MERCUSUAR – Program Studi Teknik Geofisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Tadulako (Untad), menamatkan lulusan perdana, sejak prodi ini dibuka pada 2018 lalu. Lulusan tersebut, yakni Mustafa Ahmad Yasman, mahasiswa prodi Teknik Geofisika angkatan 2018. Mustafa lulus setelah mempertahankan skripsinya yang berjudul Penentuan Zonasi Bahaya Gempabumi Berdasarkan Nilai Peak Ground Acceleration (PGA) Menggunakan Data Mikrotremor di Kampus Universitas Tadulako.
Anak muda kelahiran Palu, 5 Februari 2000 ini lulus dengan IPK 3.87. Mustafa yag ditemui pada Jumat (17/6/2022) mengatakan, alas an dirinya mengambil judul skripsi tersebut, yakni dengan kenyataan kawasan Untad yang merupakan salah satu kawasan yang rawan bencana. Hal ini kata dia, dilihat dari kenyataan saat bencana gempa bumi 28 September 2018, terdapat sejumlah wilayah yang terdampak, di Untad.
“Jadi saya memutuskan untuk melakukan penelitian di Untad, untuk dapat menjawab aspek kerentanan bencana gempa bumi di sana. Hasil penelitian saya, untuk kawasan Untad, tergolong dalam risiko bahaya sedang hingga tinggi, berdasarkan percepatan getaran tanah maksimum (PGA), dengan wilayah yang rawan seperti di wilayah Fakultas Kehutanan, kawasan eks Auditorium lama dan kawasan sekitar Dekanat FISIP.
Mustafa menyimpan asa untuk melanjutkan pendidikan di jenjang magister, dengan konsentrasi manajamen bencana. Dirinya ingin memperdalam kajian seismologi, untuk memetakan secara numerik zona bahaya bencana gempa bumi.
Wakil Dekan bidang Akademik FMIPA Untad, Dr.Lif.Sc. I Nengah Suwastika, M.Sc., M.Lif.Sc, mengapresiasi kelulusan perdana di Prodi Teknik Geofisika ini. Menurutnya, capaian ini merupakan milestone (tonggak pencapaian) bagi lulusan dan bagi Prodi Teknik Geofisika sendiri.
Prodi Teknik Geofisika sendiri kata dia, mulai dibuka dan menerima mahasiswa pada 2018. Prodi ini dibuka lewat kerjasama dengan Instituk Teknologi Bandung (ITB). Adapun alasan awal prodi ini diinisiasi kata dia, melihat kenyataan bahwa awalnya di Jurusan Fisika hanya terdapat satu prodi, yakni Prodi Fisika, yang berdiri sejak 2000. Namun karena dosen di Prodi Fisika banyak yang memiliki keahlian di bidang geofisika, termasuk teknik geofisika, maka pihak fakultas menginisiasi dibukanya Prodi Teknik Geofisika.
“Alasan sumber daya manusian ini yang membuat kami berpikir untuk mengembangkan prodi di Jurusan Fisika,” ujarnya.
Pada tahun ajaran 2018, Prodi Teknik Geofisika dibuka dengan jumlah mahasiswa kurang lebih 55 orang. Selain karena alasan pengembangan jurusan dan ketersediaan SDM bidang geofisika, salah satu alas an kuat hadirnya Prodi Teknik Geofisika di FMIPA Untad, adalah kenyataan bahwa wilayah Sulteng memiliki banyak fenomena geofisika, juga merupakan wilayah rawan bencana.
“Hal ini membuat kami memiliki harapan, lewat hadinya prodi ini, kami ingin menghasilkan ahli-ahli geofisika, untuk lebih mengenal aspek geofisika di Pulau Sulawesi, khususnya Sulteng dan aspek kerentanan bencana di kawasan tersebut,” ujarnya.
Menurut Dr. I Nengah Suwastika, salah satu hal yang juga kemudian mendorong pengembangan prodi ini adalah saat bencana 28 September 2018, pakar yang lebih banyak mengkaji justru pakar dari luar Sulteng. Untuk itu, FMIPa Untad berkeinginan, lewat kehadiran Prodi Teknik Geofisika ini, Sulteng dapat menjadi tuan rumah dalam hal kepakaran aspek kebencanaan, belajar dari Jepang yang menyiapkan diri secara maksimal terhadap potensi dan risiko bencana yang ada di wilayahnya.
Dalam perjalanannya, kehadiran prodi ini penuh dengan dinamika. Angkatan 2018 kata dia, yang memiliki banyak tantangan. Pada awal masuk, mereka langsung terdampak bencana 28 September 2018, yang membuat pihak fakultas khawatir dengan perkembangan mahasiswa di periode itu, karena harus selain harus menjaga agar aktivitas pendidikan tetap berjalan, sembari memulihkan diri dan psikis akibat bencana.
Kemudian, kurang lebih setahun menjalani kuliah, pandemi Covid-19 melanda. Situasi pandemi memaksa pihak fakultas untuk tetap berusaha maksimal, untuk tetap melayani mahasiswa dan melaksanakan pembelajaran.
“Praktis, baru beberapa waktu terakhir, terutama semester ini, mereka dapat menekuni pembelajaran secara optimal, mulai dari praktik, pengenalan alat, magang, dan aktivitas akademik lainnya. Kami terus berupaya mengoptimalkan pembelajaran, karena kalau keahliannya tidak dijaga, maka rsisikonya kualitasnya akan turun,” ujarnya.
Saat ini, Prodi Teknik Geofisika dihuni oleh 241 mahasiswa, di mana 18 mahasiswa berstatus cuti dan 223 lainnya berstatus mahasiswa aktif. Prodi ini memiliki 10 tenaga pengajar dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari doktoral dan magister. Prodi ini sendiri memiliki misi untuk menghasilkan alumni yang pakar dalam bidang teknik geofisika,
Selain Prodi Teknik Geofisika kata dia, saat ini pihak fakultas tengah mengupayakan pembukaan dua prodi baru, yakni prodi Magister (S2) Kimia dan prodi Profesi Apoteker. Kedua rencana prodi baru ini kata dia sudah dalam tahap pengajuan di Dikti dan diharapkan bias segera terealisasi dan bisa menerima mahasiswa baru. JEF