Program IB Terkendala Jumlah Petugas

SEMUEL PONGSAPAN

PALU, MERCUSUAR – Kepala Bidang Peternakan dan Penyuluhan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Sulteng, Semuel Pongsapan mengakui pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB) untuk ternak sapi di Sulteng tahun 2020 menghadapi sejumlah kendala, sehingga masih belum maksimal. Di antaranya adalah keterbatasan jumlah petugas IB yang ada di daerah-daerah.

Ia menyebutkan saat ini jumlah petugas IB di tiap kabupaten masih sangat minim, dibandingkan dengan kebutuhan pelaksanaan IB bagi ternak-ternak. Akibat keterbatasan tersebut, jarak antara petugas dengan lokasi ternak masyarakat juga menjadi kendala.

“Di kabupaten kadang cuma ada lima orang petugas IB. Karena kurang petugas sedangkan sapinya berada di kampung-kampung, sapinya sudah harus di IB tapi karena tidak ada yang periksa, padahal sudah masuk masa birahi, maka tidak jadi. Selain itu, ada juga beberapa peternak yang kurang berkomunikasi melapor ke petugas IB tentang kondisi sapinya,” tutur Semuel di ruang kerjanya, Jumat (11/9/2020).

Selain itu, kondisi pandemi COVID-19 diakui Semuel juga mengakibatkan kurang maksimalnya program IB. Hal itu karena para petugas di lapangan disebutnya kadang membatasi diri untuk keluar, mencegah penularan COVID-19.

Sementara upaya untuk menambah petugas, katanya, masih sulit untuk dilaksanakan karena saat ini biayanya masih cukup tinggi. Sebab para calon petugas yang memiliki latar belakang pendidikan peternakan, harus melalui pelatihan khusus di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) di Singosari.

“Per orang itu bisa sampai Rp16 juta biayanya,” imbuhnya.

Program IB, jelas Semuel, jika dilaksanakan maksimal akan lebih cepat mewujudkan target populasi mencapai swasembada daging sapi. Biaya yang dikeluarkan untuk IB disebutnya juga cukup terjangkau, yakni Rp20.000 untuk setiap suntikan, serta biaya yang sama untuk pemeriksaan kebuntingan.

“Sebenarnya (swasembada) bisa dikejar tapi harus melalui IB. Kalau itu yang banyak maka bisa tercapai cepat. IB itu kan yang jadi bisa 50 persen, kalau misalnya yang IB 100.000 paket semen (sperma) beku, sudah bagus kalau tercapai 40.000 di antaranya,” jelasnya.

PENGADAAN MELALUI APBD BATAL

Untuk tahun ini, di Sulteng target IB yang pengadaannya melalui APBN sejumlah 20.500 paket semen beku. Sedangkan target dari APBD sejumlah 10.000 paket, terpaksa dibatalkan karena anggarannya dialihkan untuk penanganan COVID-19 di Sulteng.

“Target IB yang pengadaan melalui APBN itu 20.500, kalau rata-rata 50 persen itu bisa dapat. Tapi terkendala pandemi sehingga petugasnya jarang jalan. Kalau dari APBD target 10.000, tapi anggarannya semua dialihkan ke penanganan Covid-19, akhirnya nol. Kita hanya mendukung dari APBN tetap jalan 20.500. Balau tercapai 50 persen berarti bisa jadi 10 ribuan,” pungkasnya. IEA

Pos terkait