DONGGALA, MERCUSUAR – Program Kosabangsa yang melibatkan dua perguruan tinggi, masing-masing Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu sebagai pelaksana dan Universitas Negeri Makassar (UNM) sebagai pendamping, mengembangkan program pendampingan pemulihan ekonomi pascabencana gempa bumi dan tsunami melalui pengembangan kemitraan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berbasis teknologi menuju Desa Sehat dan Mandiri, di Desa Meli Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala, belum lama ini.
Program Kosabangsa merupakan salah satu skema pengabdian masyarakat dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Unismuh Palu menjadi salah satu perguruan tinggi swasta di Sulawesi yang mendapatkan program Kosabangsa selama dua tahun berturut-turut.
Kegiatan kali ini melibatkan 3 dosen sebagai tim pelaksana dari Unismuh Palu, yakni Drs. Muhammad Jufri, M.Si, M.Kes sebagai ketua tim, dan anggotanya masing-masing Marwana, S.E., M.M. dan Sulfiana, S.T., M. Sedangkan Tim Pendaming dari UNM diketuai Dr. Udin Sidik Sidin, S.Pd., M.T. dan anggotanya Prof. Dr. H. Bakhani A. Rauf, M.T., IPU, IAI dan Dr. Ir. Rahmansah, S.Pd., S.T., IPM, IAI.
Unismuh Palu sebagai perguruan tinggi pelaksana dianggap mampu memahami permasalahan di wilayah sasaran, serta UNIM sebagai perguruan tinggi pendamping mempunyai teknologi yang akan dilaksanakan oleh Universitas Pelaksana.
Perguruan tinggi pendamping harus memiliki klaster Unggul dan Mandiri, serta memiliki teknologi yang akan diterapkan di perguruan tinggi pelaksana
Program yang dijalankan berbasis potensi lokal yang melimpah dan tidak dapat dikembangkan karena keterbatasan berbagi hal, di antaranya sumber daya manusia dan teknologi, di mana teknologi yang dikembangkan adalah teknologi tradisional, sehingga kualitas dan kuantitas produk tidak bisa meningkat.
“Masih banyak permasalahan lain yang tidak belum teratasi. Melalui program kosabangsa ini, dapat membantu untuk mengatasi permasalahan tersebut,” ujar Ketua tim Pelaksana, Muhammad Jufri.
Program tersebut dimulai degan proses sosialisasi pada September 2025 lalu. Sosialisasi dihadiri Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat setempat, serta para anggota mitra yakni sasaran 1 BUMDes Bina Bersama dan mitra sasaran 2 Kelompok Tani Jaya Mandiri. Setiap mitra beranggotakan 20 orang.
Jufri menjelaskan, untuk mitra BUMDes yang bergerak pada usaha nelayan, kegiatan yang dilaksanakan adalah pembuatan 3 unit rompong, pemasangan 3 buah solar cell pada rompong, dan pemasangan lampu celup buah.
Selain itu, juga dilaksanakan pelatihan pengolahan ikan kepada para ibu-ibu nelayan. Yakni pelatihan pembuatan bakso ikan, abon ikan, nugget ikan kaki naga, serta ikan no krispi.
Sementara untuk mitra tani, kegiatan yang dilaksanakan adalah pelatihan pembuatan minyak kelapa yang langsung jadi dalam waktu enam jam, lebih cepat daripada proses biasa yang memakan waktu sekira 20—24 jam. Selain itu, kelompok tani juga dilatih membuat minyak kelapa yang bisa tahan disimpan dalam waktu 3 bulan hingga setahun, jauh lebih lama dibanding proses biasa yang hanya bertahan paling lama sekira sebulan.
Selanjutnya, dilaksanakan pelatihan pengolahan sabut kepala menjadi beberapa produk, seperti sapu sabut kelapa, pot bunga, serta pupuk organik. Juga ada pelatihan pembuatan sapu lidi modern.
Terkait produk hasil olahan sabut kelapa dan sapu lidi, telah terbangun kerja sama dengan perusahaan Sulawesi Smart, artinya produk langsung dibeli oleh perusahaan tersebut.
Tim pelaksana juga melaksanakan pelatihan nonteknis, yang meliputi sosialisasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), strategi pemasaran daring (online), serta penguatan kelembagaan.
Ketua Tim Pendamping dari UNM, Dr. Udin Sidik Sidin, S.Pd., M.T. mengapresiasi program yang dijalankan tim dari Unismuh Palu tersebut. Menurutnya, keguatan yang dilaksanakan cukup banyak, dan diharapkan melalui program Kosabangsa tersebut dapat memulihkan ekonomi masyarakat, sehingga dapat menurunkan jumlah masyarakat miskin di Desa Meli.
“Kegiatan kosangsa ini merupakan pemberdayaan masyarakat. Olehnya perlu keaktifan peran masyarakat sehingga paham pengertian dan pembuatan produk. Misalnya pembuatan abon ikan, bakso ikan, sapu sabut kelapa, minyak tahan simpan dan lain-lain,” tutur Udin.
Dengan pelatihan teknis dan nonteknis, masyarakat didorong untuk mampu mengelola sumber daya alam yang melimpah.
Sementara anggota Tim Pendamping, Prof. Dr. H. Bakhani A. Rauf, M.T. IPU, IAI, menyebut pihaknya memiliki tanggung jawab menyiapkan berbagai macam teknologi dalam kegiatan program Kosabangsa.
Di antaranya pada pembuatan minyak kelapa secara cepat dan tahan simpan, di mana proses pembuatan yang biasanya memakan waktu 20—24 jam baru menghasilkan minyak, namun melalui program tersebut dapat dipercepat menjadi hanya 6 jam.
“Hanya dengan sentuhan cuka untuk mempercepat proses pemisahan air dan santan (fermentasi 2 jam),” kata Bakhani.
Selain itu, minyak yang dihasikan mitra biasanya hanya bisa bertahan paling lama sebulan, dengan sentuhan teknologi dari program Kosabangsa bisa bertahan sampai tiga bulan bahkan setahun, hanya dengan cara penyaringan menggunakan abu gosok.
“Melalui program Kosabangsa ini, diharapkan masyarakat berubah, baik tingkat pengetahuan maupun dari penguasaan teknologi, sehingga terjadi peningkatan pendapatan ekonomi menuju masyarakat sehat dan mandiri. Selain itu diharapkan terjadi penununan angka kemiskinan di desa Meli yang mayoritas petani dan nelayan,” tuturnya.
Kepala Desa Meli, Purnomo menyebut program Kosabangsa yang dijalankan di Desa Meli sangat bermanfaat untuk mengatasi berbagai permasalahan yang selama ini belum mampu ditangani oleh pihaknya. Di antaranya penyiapan teknologi pengolahan sabut kelapa dan minyak. Serta teknologi pada rompong berupa solar cell dan lampu celup.
“Kami Pemerintah Desa dan masyarakat Desa Meli mengucapkan terima kasih kepada DPPM Kementerian Pendidikan Tingggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) yang dapat mendanai program kosabangsa ini. Selain itu, kami mengucapakan terima kasih kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Palu dan LPPM Unismuh Palu sebagai Perguruan Tinggi Pelaksana dan kepada Rektor dan ketua LPPM Universitas Negeri Makassar sebagai Perguruan Tinggi Pendamping,” tutur Purnomo. */IEA






