RSUD Bungku Membutuhkan Stok Oksigen

HLL-cf899a7f
FOTO: Tabung oksigen di Gedung Isolasi RSUD Bungku Kabupaten Morowali yang kosong, diambil oleh dua orang pria, Selasa (3/8/2021). Saat ini ketersediaan oksigen menjadi kendala penanganan COVID-19 di RSUD Bungku. FOTO: INTAN/MS

BUNGKU, MERCUSUAR – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bungku Kabupaten Morowali saat ini sering kehabisan stok oksigen. Hal itu menghambat pelayanan di rumah sakit tersebut, terutama untuk pasien COVID-19.

“Saat ini yang paling dibutuhkan oksigen. Pasien yang sering masuk ke kami sering dalam kondisi sesak, sehingga oksigen yang ada selalu habis,” kata Ketua Tim Penanganan Covid RSUD Bungku, dr. Wirya, Selasa (3/8/2021).

Ia berharap agar informasi tersebut sampai ke pemangku kepentingan, agar kendala tersebut menjadi perhatian dan prioritas, terutama RSUD Bungku, yang saat ini menjadi tempat pelayanan utama pasien COVID-19 bergejala.

“Selain terkendala ketersediaan oksigen, kapasitas di RS sering penuh,” katanya lagi.

Saat ini saja, dari 28 kasur yang disediakan untuk pasien COVID-19, harus ditambah Sembilan, karena kasus terkonfirmasi virus tersebut di Morowali terus bertambah.

Ia sedikit menceritakan bagaimana upaya tenaga kesehatan di RSUD Bungku dalam menangani lonjakan pasien COVID-19 di Morowali. Untuk menekan angka kapasitas pasien COVID-19, ia berkoordinasi dengan Puskesmas, bila di RS tidak lagi tersedia kasur.

“Kami di Unit Gawat Darurat (UGD), biasanya menyampaikan, kalau bisa disimpan dulu pasiennya di Puskesmas, nanti ada ruang kosong baru kami telepon ulang,” jelasnya lagi.

Sebab, ia tidak tega melihat pasien COVID-19 harus dirawat di lorong-lorong RS, sehingga lebih baik ditahan di Puskesmas untuk sementara waktu.

Saat ini untuk mengatasi kekurangan rumah sakit, pasien COVID-19 diperiksa langsung di Puskesmas, tidak lagi segera dirujuk ke Rumah Sakit. Justru Puskesmas diminta menyeleksi pasien-pasiennya sebelum dikirim ke RS. Apabila ditemukan pasien yang tidak bergejala berat seperti sesak nafas, maka pasien tersebut bisa melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah.

“RS itu buat pasien yang bergejala berat. Kalau memang masih bisa isoman, sebaiknya isoman supaya tidak membebani RS,” jelasnya lagi.

Pihaknya, telah beberapa kali memulangkan pasien COVID-19, yang saat dirujuk tidak dalam kondisi sesak. Hal itu dilakukan agar jangan sampai pasien tersebut mengambil tempat pasien lain, yang seharusnya butuh perawatan insentif dibanding pasien tersebut.

“Karena biasanya ada pasien yang sengaja ingin dirawat di RS karena keluarganya tidak menyediakan tempat isoman di rumah. Nah ini tidak boleh, harusnya mereka disediakan tempat,” kata Wirya.

Bagi warga Morowali yang mengalami gejala COVID-19 ringan seperti demam, batuk dan saturasi masih bagus, akan menjadi tanggung jawab Puskesmas untuk menangani, serta mengarahkan apa saja yang dilakukan seseorang bila isoman di rumah.

“Harapannya, supaya di sini (RS) tidak terlalu terbebani dengan gejala-gejala ringan yang dibawa ke RS,” tutup Wirya. INT

Pos terkait