Simulasi Pengamanan Pilkada, Latihan Sampai Tengah Malam, Tuntas 4 Hari

Salah seorang ‘pendemo’ memanjat mobil meriam air, pada gelaran simulasi di halaman Mapolres Parmout, usai upacara gelar pasukan pengamanan Pilkada tahun 2024. FOTO: MISBACH/MS

Tidak ada sesuatu yang sukses diraih dengan cara instan dan mudah. Sebaliknya, harus melalui proses yang panjang dan susah. Begitu juga simulasi penanganan Pilkada 2024 di Parigi Moutong (Parmout), yang digelar oleh Kepolisian Resor (Polres) Parmout, Jumat (23/8/2024). Rangkaian simulasi terlihat lengkap dan runut tersebut, ternyata dilalui empat hari latihan, dan waktu latihan sampai tengah malam.

MOHAMMAD MISBACHUDIN – WARTAWAN MERCUSUAR

Mobil meriam air menyemburkan air bertekanan tinggi, mengakibatkan beberapa pendemo berhamburan, berlarian tidak tentu arah. Sejurus kemudian, polisi pengendali massa bergerak di samping mobil, mendesak massa yang sudah semakin beringas dan tidak terkendali.

Namun, usaha pengamanan yang dilakukan pasukan dalmas tidak membuahkan hasil. Bahkan sebaliknya, massa terus memukuli tameng pasukan menggunakan kayu, dan melemparinya dengan batu.

Tiba-tiba, enam personel Brimob yang masuk dalam pasukan pengurai massa menggunakan sepeda motor, mengejar beberapa pendemo dan menembakkan gas air mata, hingga akhirnya massa pun dikendalikan dan dibubarkan. Situasi dapat dikendalikan.

Simulasi yang digelar di halaman Mapolres Parmout, terihat layaknya aksi demo sungguhan. Beberapa polisi yang berperan menjadi pendemo melemparkan kantong air, batu dan memukul tameng menggunakan kayu. Aksi dorong-dorongan pun tidak kalah seru, hingga membuat pasukan dalmas ada yang sampai terjatuh.

Mobil meriam air pun melakukan ‘tugasnya’ dengan baik. Beberapa pendemo terlempar mengundang gelak tawa para penonton. Pasukan pengurai massa sempat pula menembakkan gas air mata ke para pendemo, sehingga suasana terasa ‘mencekam’. Para penonton sedikit bergeser, karena aroma gas air mata.

Pada simulasi yang dilaksanakan usai upacara gelar pasukan pengamanan Pilkada 2024 tersebut, tidak hanya mempertontonan aksi pendemo saja. Tetapi juga ‘perkelahian’ antara polisi dan ‘pengacau’ proses Pilkada. Terlihat saat para ‘pengacau’ mencoba menyerang salah seorang calon Bupati.

Aksi bela diri pun tampak menarik, diakhiri dengan bantingan oknum polisi terhadap para ‘pengacau’, yang lalu diborgol dan dimasukkan ke dalam mobil.

Begitu juga dengan aksi pengganggu di TPS, satuan pengamanan Pilkada, langsung mengambil tindakan mengamankan. Lagi-lagi aksi perkelahian menarik perhatian, kali ini prosesnya agak lama, sehingga terlihat seperti perkelahian asli. Lagi-lagi, bantingan dan kuncian dalam ilmu bela diri diperlihatkan dengan sempurna.

Kapolres Parmout, AKBP Jovan Reagan Sumual, terlihat puas dengan aksi anak buahnya yang memperlihatkan adegan simulasi yang berjalan sekitar tiga jam itu, mulai dari pengamanan arus lalu lintas, distribusi logistik yang sempat terhalang pohon tumbang yang diantisipasi oleh TRC dari BPBD, kampanye, masa tenang, voting day, hingga kemudian pelantikan Bupati yang berakhir ricuh.

“Memang kali ini, simulasinya kami buat lebih seru dari sebelumnya. Makanya itu, latihannya juga lumayan lama, sekitar empat hari,” jelas Jovan.

Untuk menghasilkan drama terbaik, Jovan mengaku terjun langsung melatih para ‘aktor’ hingga tengah malam. Sehingga menurutnya, tidaklah sia-sia anggotanya bisa bertahan latihan sampai tengah malam. Bahkan ada pula anggotanya yang berasal dari wilayah jauh, sukarela dalam latihan, ternyata mampu memperlihatkan aksi yang terbaik.

“Pokoknya puas, lah, dengan hasil simulasi yang dipertontonkan kepada undangan upacara. Ini, kan, tidak didapatkan dengan mudah. Malahan layaknya sebuah film, kami sering mengulang adegan-adegan, untuk menghasilkan pertunjukkan yang menarik dan terbaik,” pungkasnya.

Dalam simulasi itu, suara dari radio panggil terdengar dengan jela, dari posko pengamanan yang menempatkan PJU Polres Parmout. Begitu juga ketika simulasi dinyatakan selesai, area ‘pelantikan’ yang menjadi aksi massa terlihat berantakan, layaknya jalanan yang menjadi bekas unjuk rasa, sampah bertebaran dan selonsong peluru hampa dan peluru karet. ***

Pos terkait