BUNGKU, MERCUSUAR – Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Terpadu Mandiri (KTM) Kabupaten Morowali, saat ini masih membutuhkan banyak perhatian dari pemerintah setempat terutama suntikan dana operasional.
Kepala Sekolah SLB Negeri KTM Morowali, Asri Parimalang, Selasa (6/7/2021) mengungkapkan saat ini sekolah mereka masih membutuhkan suntikan dana Pemerintah Daerah (Pemda), biaya-biaya tersebut yakni biaya operasional asrama dan bantuan kendaraan.
“Kami sudah ada asrama di sini. Asrama itu kami peruntukan untuk murid-murid yang rumahnya jauh. Jadi rencananya kami kumpul mereka di asrama. Untuk memudahkan proses belajar-mengajar,”kata Asri.
Selama ini, untuk menunjang belajar-mengajar, murid-murid SLB yang rumahnya masih seputaran Ibu Kota Kabupaten Morowali Bungku Tengah, selalu dijemput dengan kendaraan mobil. Itu pun pakai mobil pribadi Asri sendiri.
Sementara murid-murid yang tempat tinggalnya jauh seperti di Desa Emea, Kecamatan Wita Ponda, tidak diharuskan untuk datang ke sekolah. Guru-guru cukup mengunjungi murid-muridnya di rumah masing-masing.
“Tapi ada bagusnya kalau murid-murid itu tinggal di asrama. Kami sudah punya asrama, tapi biaya operasionalnya kami belum punya, seperti biaya makan dan kebutuhan sehari-hari,”ujarnya lagi.
Sekolah yang diresmikan oleh Bupati terdahulu Anwar Hafid di tahun 2016 itu, melengkapi sekolahnya dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan jumlah guru sembilan orang, delapan diantaranya berstatus honorer dengan jumlah siswa tahun ini 96 orang.
“Saya ingin ada mobil operasional sekolah khusus menjemput murid-murid karena selama ini kalau pakai mobil saya keseluruhannya tidak muat. Kalau bisa mobil bus,”katanya lagi.
Asri pernah menyampaikan keinginannya itu kepada Pemerintah Daerah (Pemda), namun alasan saat itu, Pemda tidak memiliki cukup dana. Besar harapan Asri agar sekolahnya bisa diberi bantuan.
Di masa pandemi ini, pihak sekolah juga menerapkan belajar di rumah. Guru-guru SLB dijadwalkan mendatangi murid-muridnya. Biaya operasional guru mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Sementara untuk proses belajar-mengajar diakui Asri, tidak satupun dari guru yang mengajar di sekolah tersebut memiliki latar belakang keilmuan SLB, padahal sejatinya sekolah khusus seperti itu harus memiliki guru yang memiliki keilmuan SLB, agar proses belajar-mengajar makin bagus.
“Kami sudah coba mencari, tapi masih sulit. Tapi guru kami tetap berusaha di sini. Mereka tidak menyerah dengan kekurangan itu dan alhamdulilah proses belajar-mengajar berjalan lancar,” terangnya. INT