Solar Langka di Buol

Syarif Djusuf

BUOL, MERCUSUAR – Hampir sepekan terakhir terjadi kelangkaan bakar bakar minyak (BBM) jenis solar di Kabupaten Buol. Pasalnya, dari 21.000 liter kuota untuk dua unit SPBU yang ada di dalam Kota Buol, hanya 8.000 liter yang dipasok untuk melayani  kebutuhan masyarakat.

Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi Pembangunan (Ekbang) Setdakab Buol, Syarif Djusuf SH mengatakan mengatasi kelangkaan BBM jenis solar itu pihaknya bersama aparat Kepolisian dan Satpol PP melakukan pengawasan dan penertiban pelayanan di kedua SPBU, yakni SPBU 01 dan  09.

Hal itu guna menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, serta terciptanya suasana kondusif saat pelayanan jenis BBM tersebut.

 “Prinsipnya, kita menertibkan pelayanan pengisian BBM solar, dan prioritas pelayanan itu lebih diutamakan kendaraan mobil truk. SPBU dilarang melayani pembelian eceran melalui pengisian galon atau jerigen. Artinya, pelayanan pengisian galon bisa dilakukan jika prioritas pelayanan terhadap semua mobil truk itu sudah terpenuhi. Apalagi pada hari pertama terjadinya kelangkaan, kami melihat banyak para calo membawa galon ke SPBU untuk melakukan pengisian BBM tersebut. Dan BBM solar yang mereka beli dengan menggunakan galon itu, indikasinya akan mereka jual kembali pada konsumen lain  yang membutuhkan dengan harga yang lebih tinggi. Tetapi, hal itu kita bisa awasi dan tertibkan dengan baik,” katanya saat ditemui di ruangannya pekan lalu.

Sementara BBM jenis Premium, sambungnya, berdasarkan pantauan pada dua unit SPBU itu masih cukup stabil. Namun demikian, pihaknya tetap melakukan upaya penertiban pelayanan pengisian, dengan memprioritaskan pelayanan terhadap kendaraan yang menggunakan premium, baik roda dua maupun roda empat lainnya. Adapun  pelayanan pembelian yang menggunakan galon, jumlahnya dibatasi. “Penertiban ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan premium,” tandas Syarif.

ELPIJI 3 KG LANGKA

Disinggung terkait kelangkaan elpiji ukuran 3 kilogram (kg), ia mengatakan hal itu terjadi hampir di seluruh daerah di Sulteng termasuk Buol.

Pemkab Buol, kata Starif, juga tetap melakukan pengawasan dan penertiban terhadap seluruh pangkalan gas LPG yang tersebar di Kabupaten Buol, yang mendapat pasokan dari dua agen penyalur, yakni agen Buol Jaya dan Kaili Jaya. Kedua agen penyalur itu mendistribusikan gas elpiji 3 kg masing-masing ke 106 pangkalan yang tersebar di seluruh wilayah Buol.

Dijelaskannya, pengawasan dan penertiban pendistribusian gas elpiji 3 kg dilakukan untuk mengantisipasi adanya pangkalan ‘nakal’ saat menyalurkan ke konsumen (masyarakat). Mengingat elpiji 3 kg diperuntukan bagi masyarakat miskin, tapi di lapangan pangkalan lebig banyak melayani masyarakat yang tidak masuk kategori miskin.

Selain itu, lanjutnya, kelangkaan elpiji 3 kg dimanfaatkan pangkalan dengan menjual diatas harga eceran tertinggi (HET). Dimana HET sesuai ketentuan Rp24.600 pertabung, tapi ada pangkalan yang menjual antara Rp35.000 hingga Rp 40.000 pertabung. “Kasus seperti ini banyak kita temukan di sejumlah pangkalan yang tersebar. Dan sangat disesalkan, masyarakat konsumen rata-rata tidak mempermasalahkan tingginya harga yang diberikan pangkalan. Prinsipnya, yang penting mereka bisa dapat gas untuk keperluanya di rumah. Melihat kondisi tersebut kita tetap berupaya mengendalikan harga tabung LPG pada semua pangkalan. Jika masih ada pangkalan kedapatan  sengaja mempermainkan harga melampui HET, maka kami tidak segan-segan akan mencabut ijin pangkalan dan sekaligus memberi sanksi tegas lainnya terhadap pemilik pangkalan yang sengaja berbuat nakal melalui proses hukum,” tutupnya. SUL 

Pos terkait