PALU, MERCUSUAR – Kementerian Pertanian RI merilis produksi beras di Sulteng, yang mengalami surplus 86.710 ton pada tahun 2022. Data tersebut menempatkan Provinsi Sulteng di urutan ke-9 secara nasional sebagai penyumbang surplus beras nasional.
“Setiap tahunnya, rata-rata surplus beras di Sulteng bisa mencapai 90 ribu hingga 100 ribu ton,” ungkap Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng, Nelson Metubun, melalui rilis dari Biro Adpim Setdaprov Sulteng, Rabu (11/1/2023).
Menurutnya, capaian tersebut membuat pihaknya menargetkan menjadi pemasok kebutuhan pangan di Ibu Kota Negara (IKN) baru, mengingat Sulteng memiliki jarak yang strategis dari wilayah tersebut.
Meski begitu, lanjut Nelson, walau punya potensi besar memasok kebutuhan pangan untuk IKN, tetapi tantangan meningkatkan produktivitas pertanian di Sulteng juga tak kalah besar.
Tantangan tersebut, kata dia, di antaranya produktivitas pertanian padi Sulteng tercatat masih rendah, di angka 4,5 sampai 4,8 kuintal per hektare, atau di bawah rata-rata nasional yang 5,2 sampai 5,4 kuintal per hektare.
Padahal berdasarkan analisis tanah yang dilakukan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, potensi panen di daerah bisa mencapai 8,0 sampai 8,2 kuintal per hektare.
Dari data yang diterbitkan BPS, menunjukkan produktivitas produksi beras Sulteng masih fluktuatif. Produksi tahun 2020, misalnya, tercatat 475.726 ton, naik di tahun 2021 menjadi 508.940 ton. Jumlah itu turun di tahun 2022 menjadi 450.548 ton. Untuk mengatasi itu, Nelson berjanji pemenuhan alat pertanian, bibit, dan pupuk akan ditingkatkan untuk petani.
“Insyaallah, kami akan tetap fokus menjadikan Sulteng sebagai daerah penyangga kebutuhan pangan IKN sesuai harapan Bapak Gubernur,” pungkasnya. */IEA