Tim PPKPMP LPPM Untad,  Lakukan Studi Kelayakan dan DED BBI di Bangkep

PPKPMP-03929cb7
Tim Pelaksana PPKPMP pada LPPM Untad melaksanakan studi kelayakan dan Detail Enggineering (DED) Balai Benih Ikan (BBI), bekerjasama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Banggai Kepulauan. FOTO: DOK TIM PPKPMP LPPM UNTAD

PALU, MERCUSUAR – Tim Pelaksana Pusat Penelitian Kelautan dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PPKPMP) pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Tadulako (Untad) melaksanakan studi kelayakan dan Detail Enggineering (DED) Balai Benih Ikan (BBI), bekerjasama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Banggai Kepulauan. Studi kelayakan dan DED BBI ini dilaksanakan dengan tujuan mengkaji kondisi biologi, fisika, kimia dan sosial serta ekonomi lokasi kegiatan. 

Hasil studi ini akan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan pembangunan dan penataan BBI, sesuai dengan kondisi yang ada, guna menunjang pengembangan budidaya perikanan air laut yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Banggai Kepulauan. Kemudian, merencanakan DED BBI, yang merupakan sarana pemerintah untuk menghasilkan benih ikan dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat, dalam rangka peningkatan produksi perikanan;

Tim PPKPMP LPPM Untad ini terdiri dari Dr. Ir. Zakirah Raihani Ya’la, M.Si,IPM, Dr. Ir. Dwi Sulistiawati, MP, Dr. Ir. Nasmia, S.Pi., M.P,IPM, Dr. Muhammad Safir, S.Pi., M.Si, Dr. Akbar Marzuki Tahya, S.Pi., M.Si, Faisal Haris, M.Pd, Ratu Muthiah Purbasari, ST, Ersandy Kasan, S.Pi, Yasri Basiri, S.Pi. 

Dr. Zakirah, Senin (13/6/2022) mengatakan, studi ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa di wilayah perairan Kabupaten Banggai Kepulauan yang luas, dengan berbagai jenis ikan ekonomis seperti banggai cardinal fish (Pteropogon kaudernii), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kepiting bakau (Scylla serrata, S. Olivacea, S. Tranquebarica, S. paramamosain), udang windu (Penaeus monodon), juga spesies ikan budidaya hasil introduksi seperti udang vaname (Litopenaeus vaname), dan lain sebagainya, belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal sebagai usaha budidaya ikan air laut, untuk pengembangan subsektor perikanan, guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. 

Secara umum menurutnya, akar permasalahan dari belum dikelola dan dimanfaatkannya sumberdaya perairan umum potensial tersebut secara optimal, adalah terbatasnya sarana dan prasarana kegiatan budidaya, khususnya dalam penyediaan benih. Selama ini, pelaksanaan kegiatan budidaya tersebut, hanya mengandalkan benih dari alam dan dari luar wilayah yang ketersediaanya dibatasi oleh  musim dan juga modal. Salah satu prasarana budidaya ikan air laut yang penting untuk mendukung keberhasilan usaha budidayanya, adalah Balai Benih Ikan (BBI).

“Dalam pengembangan budidaya ikan, keberadaan BBI sangat vital sebagai sarana yang berfungsi untuk memproduksi induk dan benih ikan yang berkualitas (tepat jenis, tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, tepat ukuran dan tepat harga), untuk memenuhi kebutuhan unit pembenihan rakyat/penangkar ikan dan pembudidaya ikan yang berada di wilayahnya,” jelasnya.

Studi kelayakan dan DED ini sendiri melalui beberapa tahapan, seperti tahapan persiapan, tahapan survey, tahapan analisis data, tahapan FGD, tahapan indikasi program, tahapan perumusan BBI serta tahapan penyusunan laporan. 

Pelaksanaan kegiatan studi kelayakan dan DED BBI ini, dilaksanakan di wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan. Penentuan lokasi secara spesifik (kandidat lokasi), didasarkan pada informasi dari pemberi kerja. Selanjutnya penentuan lokasi terpilih disesuaikan berdasarkan kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan beberapa aspek lainnya termasuk akses pasar, serta Rancangan DED BBI. */JEF   

Pos terkait