PALU, MERCUSUAR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulteng menyebutkan untuk meningkatkan pemahaman terkait penanganan kebencanaan, ke depannya diperlukan program simulasi yang berkelanjutan.
Hal itu dikatakan Kepala Pelaksana BPBD Sulteng, Datu Pamusu Tombolotutu.
Dikatakannya, selama ini peningkatan pemahaman kepada masyarakat dan elemen-elemen terkait lainnya, masih dititikberatkan pada pelaksanaan sosialisasi.
Hal tersebut masih kurang efektif jika tidak dibarengi dengan pelaksanaan simulasi yang berkelanjutan.
“Mestinya tidak habis dengan sosialisasi-sosialisasi. Menurut saya, secara persentase syukur-syukur bisa 30 persen yang terserap, sedangkan 70 persennya menguap. Lebih bagus kita membuat aksi di lapangan seperti simulasi-simulasi, itu jauh lebih efektif sebenarnya,” kata Datu Pamusu di ruang kerjanya, belum lama ini.
Melalui pelaksanaan simulasi-simulasi penanganan bencana tersebut, lanjut dia, masyarakat dan seluruh elemen terkait seperti BPBD, TNI dan Polri, Dinas Sosial, Basarnas, serta pihak-pihak lainnya dapat dilibatkan sehingga mengetahui langsung peran-perannya masing-masing ketika terjadi bencana di daerahnya.
Dia mencontohkan, simulasi penanganan bencana gempa bumi dan tsunami dapat dilakukan secara berkelanjutan utamanya di lingkungan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Melalui simulasi tersebut, masyarakat dapat mengetahui langkah-langkah yang diambil ketika terjadi bencana, serta pihak-pihak mana saja yang berperan dalam penanganannya.
“Misalnya kalau terjadi gempa bumi berpotensi tsunami, apa yang mesti dilakukan. Kan, beda kalau cuma sosialisasi dibandingkan simulasi, ada praktik yang dilihat oleh masyarakat bagaimana cara penanganannya. Sehingga, harus melibatkan masyarakat dan semua unsur, agar diketahui jelas yang terlibat dalam penanganan bencana, dan semuanya sadar dengan perannya masing-masing. Kan, enak kalau dilakukan begitu, kalau kita hanya habis di sosialisasi tidak akan efektif,” pungkasnya. IEA