Wabup Parmout Ajak Jaga Tali Silahturahim

FOTO HALAL BI HALAL PARMOUT - Copy

PARMOUT, MERCUSUAR – Wakil Bupati (Wabup) Parigi Moutong (Parmout), H Badrun Nggai SE mengajak masyarakat khususnya Aparatur Sipil Negara (ASN) dilingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Parmout agar terus menjaga tali silaturahim. 

“Saya mengajak kita semua khususnya kalangan ASN untuk menjaga dan menjalin tali silaturahim dalam membina Ukhuwa Islamiyah, Ukhuwa Insaniyah dan Ukhuwah Wathaniyah,” imbuh Wabup saat acara Halal bi Halal Pemkab Parmout di halaman Kantor Bupati Parmout, Selasa (18/6/2019).

Gubernur Sulteng diwakili oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Drs Mohamad Nizam MH menghimbau agar terus membangun silaturrhmi serta menyampaikan terima kasih dan apresiasi pada Pemkab Parmout yang pembangunannya terus meningkat dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. 

“Mari kita bangun silaturrahmi dengam baik. Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada Pemda Parigi Moutong yang kemajuan daerahnya semakin pesat. Semoga terus meningkat dan berdaya saing di Provinsi Sulawesi Tengah,”ujarnya. 

Ketua Pengurus Hari Besar Islam (PHBI) Kabupaten Parmout Zikrullah AW Tangara melaporkan bahwa Halal bi Halal yang dilaksanakan merupakan pewujudan perhatian Pemkab Parmout pada keagamaan. 

Kegiatan kegamaan, lanjutnya, tidak hanya dikhususkan Agama Islam saja, namun agama-agama sahabat juga menjadi perhatian Pemkab Parmout. 

“Perhatian Pemda Parigi Moutong tidak hanya terfokus pada Agama Islam saja, tetapi juga agama sahabat,” lapornya.

HANYA DI INDONESIA

Sementara itu, Prof Dr Zainal Abidin M.Ag dalam pesan-pesan agamanya mengatakan bahwa Halal bi Halal merupakan tradisi dan hanya ada di Indonesia. 

“Tidak ada dalam struktur Bahasa Arab Halal bi Halal. Halal bi Halal hanya sebuah tradisi dan hanya dilaksanakan di Indonesia,” pungkas Ketua MUI Kota Palu itu. 

Ditambahkannya, Halal bi Halal pertama dicetuskan oleh Hasbullah Abdul Wahab pada tahun 1940.

Olehnya, lanjut Zainal Abidin, di zaman modern saat ini jangan sampai menyalahkan dan menafikan orang, serta dalam melakukan penafsiran sesuatu harus benar dan tidak setengah- setengah. 

“Kita jangan gampang menyalahkan orang, salah sedikit orang dikatakan Bid’ah dan lain lain. Islam ini merupakan Rahmatan Lil Alamin dan Islam merupakan Islam Nusantara, maka kita sebagai umat yang hidup di zaman modern pintar pintar menafsirkan sesuatu dengan benar,” imbaunya. 

Dia juga mengkaji tentang Ketupat. Menurutnya, ketupat diambil dari Bahasa Jawa Kupat atau orang Jawa menyebutnya Kupat atau ngaku Lupat atau mengakui kekurangan dan kesalahan serta meminta maaf kepada orang lain. Ketupat dimulai pada zaman Wali Songo.

“Kerupat merupakan Bahasa Jawa Kupat atau ngaku lupat yang artinya mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada orang lain. Contohnya cium tangan, itu juga tanda mengakui kesalahan dan kekurangan orang lain,” ujarnya. TIA/* 

 

Pos terkait