Warga Banjar di Palu Peringati Maulid

BANJAR-8b75c13d
Suasana peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang digelar warga KBB Sulteng di Palu, Sabtu (22/10/2022).///FOTO: DOK. KBB SULTENG

PALU, MERCUSUAR – Warga Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Sulawesi Tengah di Palu, menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H, di pelataran depan Sekretariat KBB Jl. Danau Poso Sabtu (22/10/2022) malam.

Acara diawali pembacaan Kitab Maulid Simtudduror oleh para pemuda Banjar. Hadir sebagai penceramah adalah Habib Abdul Bari bin Salim bin Smith

Dalam ceramahnya, Habib Abdul Bari menceritakan sejumlah kisah keagungan akhlak Nabi Muhammad dan keutamaan membaca shalawat. Sebagian dari akhlak Nabi yang terpuji, kata Habib Bari, adalah sikap pemaaf dan kasih sayang terhadap sesama.

“Meskipun sering dicemooh, dihina, difitnah, dan disakiti orang lain, Rasulullah tetap tabah dan menerima perlakuan mereka dengan lapang dada. Bahkan membalas perlakuan kasar mereka dengan lemah lembut dan kasih sayang serta mendoakan mereka agar segera menerima petunjuk dari Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam surah Al Imran ayat 159,” tutur Habib Abdul Bari.

Sementara itu, Ketua KBB Sulteng, H. Muhammad Zain Halud dalam sambutannya mengatakan, warga Banjar di daerah Sulteng telah turun temurun hidup berdampingan dengan masyarakat beragam suku lainnya.

Karena itu, ditegaskannya, eksistensi orang Banjar, khususnya dalam tradisi dan kegiatan keagamaan tidak diragukan lagi.

“Jumlah orang Banjar di Sulawesi Tengah cukup banyak, mencapai ribuan orang,” kata Zain.

Namun diakui Zain, belum seluruhnya terdata dengan baik. Karena itu, pengurus KBB yang baru di SK-kan akan melakukan konsolidasi dan pembentukan organisasi KBB di seluruh Kabupaten dan Kota di Sulteng.

Menurut Zain, keberadaan orang Banjar saat ini bukan saja bermukim di wilayah NKRI. Tapi telah mendunia, mulai dari Negara-negara ASEAN, Saudi Arabia bahkan hingga ke Madagaskar.

“Kami telah menerima undangan menghadiri Pra-Kongres KBB sedunia di Balikpapan akhir bulan Oktober ini,” ujar Zain.

Sebelumnya, ketua panitia Pelaksana, H. Sofyan Arsyad memaparkan hubungan antara Alkhairaat dan Bubuhan Banjar di Palu, yang sulit untuk dipisahkan. Hubungan emosional tersebut, kata dia, telah terjalin sejak masa Guru Tua, saat para sesepuh Banjar menimba ilmu di Alkhairaat, serta dilanjutkan oleh generasi berikutnya hingga kini. 

Diceritakan Sofyan, dalam literasi sejarah, terdapat sejumlah nama sesepuh Banjar di Palu yang merupakan murid utama tokoh pendiri Alkhairaat, Habib Idrus bin Salim Aljufri. Bahkan menjelang wafatnya Guru Tua, di antara mereka menerima wasiat sebagai pelaksana penyelenggaraan jenazah pemakaman sang guru ketika itu, seperti memandikan dan mengkafani (K.H. Hasbullah Arsyad), pembacaan talqin (K.H. Rustam Arsyad) dan pemandu acara pemakaman (K.H. Bahrain Thayeb).

“Dalam banyak hal, Kalimatan Selatan dan Sulawesi Tengah juga punya banyak kesamaan. Contohnya, jika di Palu dikenal sosok Guru Tua, Kalsel juga miliki Guru Sekumpul. Bila di Palu setiap tanggal 12 Syawal diadakan Haul Guru Tua, maka di  Martapura Kalsel juga rutin digelar Haul Guru Sekumpul setiap 5 Radjab,” ujar Sofyan. */IEA

Pos terkait