PALU, MERCUSUAR – Ribuan warga Persyarikatan Muhammadiyah menghadiri Silaturahmi Syawalan Muhammadiyah Sulteng, yang digelar di Gedung Banua Kaili H. Rusdy Toana, kompleks Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu, Minggu (21/5/2023).
Silaturahmi tersebut menghadirkan Rektor Universitas Muhammadiyah Riau, Dr. H. Saidul Amin sebagai pemberi tausyiah (ceramah).
Dalam ceramahnya, Saidul Amin menekankan bahwa Muhammadiyah dalam paham keagamaan tidak terikat pada satu mazhab, namun sangat menghormati mazhab-mazhab yang ada.
Muhammadiyah, kata Saidul, memiliki kekhususan dalam paham keagamaannya. Ia menyebut, setidaknya ada lima langkah yang diambil oleh Muhammadiyah terkait hal itu. Pertama, menggunakan metode Al-Jam’u atau mengumpulkan seluruh dalil jika ada permasalahan yang muncul. Dalil-dalil diambil dari Al-Qur’an, As-Sunnah, perkataan para Sahabat Rasulullah SAW, pendapat para Tabi’in, pendapat empat Imam Mazhab, hingga pendapat para ulama terkini.
“Sampai kepada ulama kontemporer kita kumpulkan pendapatnya. Sesudah dikumpulkan, barulah Muhammadiyah menggunakan metode kedua, yakni Al-Bayan atau menjelaskan satu persatu, seluruhnya betul-betul dijelaskan secara rinci,” kata Saidul.
Setelah dijelaskan seluruhnya, lalu langkah ketiga adalah menghubungkan dalil-dalil yang ada untuk dicari titik temu atau benang merahnya. Kemudian, pada langkah keempat dilakukan At-Tarjih, atau melihat mana di antara berbagai pendapat yang mendekati kebenaran.
“Lalu yang kelima, orang Muhammadiyah harus senantiasa berlapang dada. Maka seharusnya, tidak boleh orang Muhammadiyah itu memaki-maki pendapat orang lain,” tegas Saidul.
TERUS GAUNGKAN POLITIK SANTUN
Sementara itu, dalam pidatonya pada Silaturahmi Syawalan Muhammadiyah Sulteng, Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sulteng, Muh. Amin Parakkasi menegaskan Muhammadiyah terus menggaungkan dan memertahankan sikap politik santun, bukan politik praktis, dalam berbagai ajang demokrasi di Indonesia.
Ia menekankan, Muhammadiyah tidak akan menjual bargaining kekuatan politik, kepada partai-partai politik. Namun, di waktu bersamaan, Muhammadiyah memberikan keleluasaan kepada para kadernya untuk berkiprah di ranah politik, baik sebagai penyelenggara, pengawas maupun peserta Pemilu.
“Kita beri kesempatan, menjaga kedekatan yang sama dengan seluruh unsur politik. Siapa saja yang mau bersilaturahmi, mari, tapi kita tidak perlu menjual. Kita tidak boleh membawa misi politik partai ke Muhammadiyah. Tapi kebalikannya, kita meminta kepada kader-kader politik, untuk membawa misi Muhammadiyah ke ranah politik dan kebangsaan,” tutur Muh. Amin.
Turut dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan tersebut, penandatanganan perjanjian kerja sama antara Universitas Muhammadiyah Riau dengan Universitas Muhammadiyah Palu, yang ditandatangani langsung oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Riau, Dr. Saidul Amin, dengan Rektor Universitas Muhammadiyah Palu, Prof. Dr. H. Rajindra. IEA