PARIGI MOUTONG, MERCUSUAR – Jajaran Polsek Torue, memberikan antensi terhadap kasus perundungan (bullying). Seluruh elemen masyarakat diajak ikut berpartisipasi dalam mencegah aksi yang sangat marak dibicarakan hari ini.
Di antaranya dengan menciptakan lingkungan yang sehat, membangun suasana yang harmonis, yang dimulai dari sikap yang saling menghargai dan menghormati, sehingga setiap orang memiliki perilaku yang jauh dari upaya perundungan.
“Saat ini aksi perundungan cukup marak di Indonesia, atau bahkan wilayah terdekat kita. Ini sebuah perilaku yang kelihatan sepele, tetapi berbahaya. Apalagi para remaja dan usia sekolah, yang mulanya dari tidak ada rasanya saling menghargai, meremehkan orang lain, hingga kemudian menjadi aksi perundungan,” tegas Kapolsek Torue, Iptu Arbit kepada Mercusuar, Selasa (18/11/2025).
Ia menerangkan, saat ini, perilaku atau aksi perundungan kebanyakan dilakukan oleh anak usia sekolah, yang memakan korban tidak sedikit, bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Jika tidak segera dicegah, hal itu akan menjadi kasus serius.
Arbit menyebut, untuk wilayah hukum Polsek Torue, yang membentang dari Kecamatan Torue hingga sebagian Kecamatan Balinggi, memberikan atensi yang serius terhadap aksi perundungan.
“Di wilayah hukum Polsek Torue, ada beberapa sekolah di dalamnya, sehingga kewajiban kami untuk melakukan pencegahan, serta memantau terkait kasus-kasus perundungan yang terjadi di sekolah. Apalagi, jika kasus perundungan terjadi di sekolah dasar,” beber Arbit.
Salah satu bentuk aksi yang dilakukan, pihaknya menggelar Sosialisasi Anti-Bullying di SMA Negeri 1 Torue (SMANTO) pada Sabtu (15/11/2025).
Dalam sosialisasi tersebut, Arbit menegaskan bahwa perundungan bukan sekadar tindakan bercanda atau iseng, tetapi merupakan perilaku yang dapat berdampak serius, baik fisik maupun psikologis. Ia mengajak para siswa untuk berani melaporkan, bila melihat atau mengalami tindakan perundungan, serta menumbuhkan budaya saling menghormati di lingkungan sekolah.
“Sekolah harus menjadi tempat yang aman bagi semua siswa. Tidak boleh ada yang merasa terintimidasi atau dikucilkan. Kita semua bertanggung jawab memastikan hal itu,” pungkas Arbit. MBH







