Rohaniawan Polri, Ajak Generasi Muda Rawat Kerukunan

Foto bersama para rohaniawan Polri, usai melakukan tatap muka bersama remaja GKST Desa Bategencu Poso. FOTO: IST.

POSO, MERCUSUAR – Satgas II Preemtif Operasi Madago Raya kembali melakukan langkah pencegahan radikalisme dengan menggandeng generasi muda. Rohaniawan Kamtibmas Polri, Aiptu Halput Tarusu menggelar tatap muka bersama remaja Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) di Baruga Desa Bategencu Kecamatan Lage, Kabupaten Poso, Senin (29/9/2025)

Dalam pertemuan tersebut, Halput menekankan pentingnya membangun kesadaran sejak dini tentang bahaya radikalisme. Ia mengingatkan bahwa ideologi kekerasan dapat merusak tatanan sosial, bahkan memicu konflik di tengah masyarakat jika tidak dicegah sejak awal.

“Generasi muda memiliki peran besar menjaga persatuan. Dengan memahami bahaya radikalisme, kita dapat mencegah penyebaran paham yang mengancam kebersamaan,” kata Halput.

Selain menyoroti isu radikalisme, ia juga mengajak remaja GKST untuk menghidupkan nilai toleransi antarumat beragama. Menurutnya, sikap saling menghormati dan rukun adalah modal penting dalam mewujudkan Poso yang damai dan harmonis.

Halput menegaskan, kehidupan beragama yang penuh kasih dan penghargaan terhadap perbedaan sejalan dengan ajaran iman Kristen maupun nilai kebangsaan.

“Toleransi bukan hanya wacana, tetapi harus dipraktikkan dalam kehidupan keseharian,” tegasnya.

Ia berharap semangat toleransi yang ditanamkan dapat memperkuat ketahanan masyarakat, sekaligus mempersempit ruang gerak radikalisme di wilayah operasi Madago Raya, khususnya Kabupaten Poso.

Kegiatan tatap muka tersebut mendapat dukungan dari Pendeta GKST, Pdt. Aluria Montolu, serta pemerintah desa dan Bhabinkamtibmas, Aipda Syamsul yang turut hadir mendampingi. Mereka menilai pembinaan generasi muda lewat edukasi rohani dan sosial sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Pdt. Aluria menekankan bahwa kolaborasi antara Gereja, aparat keamanan, dan pemerintah desa menjadi contoh nyata upaya bersama menjaga Poso dari potensi perpecahan.

“Remaja harus menjadi agen perdamaian di lingkungannya,” ujar Aluria. ULY

Pos terkait