Mengabdi dengan Hati: Kisah Perjalanan Iptu Ni Nyoman Sukreni

Lahir di Tolai, pada 22 Agustus 1986, Ni Nyoman Sukreni tumbuh di lingkungan keluarga, sederhana yang penuh dengan nilai disiplin dan kerja keras. Sejak kecil, ia sudah terbiasa hidup tertib dan peduli dengan orang lain. Nilai-nilai itulah yang secara perlahan menuntunnya menuju jalan pengabdian menjadi seorang Polisi Wanita.

“Bagi saya, menjadi Polwan bukan sekadar profesi,” tutur Sukreni dengan senyum hangat.

“Ini adalah amanah. Sebuah tanggung jawab besar untuk melindungi, melayani, dan mengayomi masyarakat,”ucapnya lagi.

Latar belakang pendidikannya di bidang hukum menjadi fondasi kuat bagi langkahnya. Ia menempuh studi hingga meraih gelar Magister Hukum. Bagi Sukreni, pengetahuan hukum bukan hanya soal teori dan pasal-pasal, tapi tentang bagaimana keadilan bisa hadir secara nyata dalam kehidupan masyarakat.

Kariernya pun penuh warna. Ia memulai perjalanan dinas dari bawah, melewati berbagai penugasan hingga akhirnya mendapat kesempatan bersejarah memimpin sebagai Kapolsek Mori Atas, Polres Morowali Utara.

Di sanalah, jiwa kepemimpinannya benar-benar diuji. Sukreni tidak hanya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), tetapi juga berusaha menggerakkan potensi warga melalui program pengembangan kebun durian Moutong.

Siapa sangka, kebun durian bisa menjadi simbol kebersamaan dan kemandirian masyarakat. Program itu kini menjadi salah satu kebanggaan warga Mori Atas. Kebun durian sederhana, kini tumbuh menjadi sumber penghasilan dan harapan baru bagi banyak keluarga.

Melihat masyarakat tersenyum karena hasil kebunnya meningkat, itulah kebahagiaan terbesar bagi Sukreni.

“Rasanya luar biasa. Ketika bisa membantu orang lain berkembang, kita seperti ikut memanen kebahagiaan mereka.”

Kerja keras dan dedikasinya pun berbuah manis. Ia kemudian dipercaya memegang tanggung jawab baru sebagai Kasat Lantas Polres Morowali. Jabatan ini tentu bukan hal mudah. Setiap hari, ia berhadapan dengan dinamika masyarakat di jalan raya, mulai dari pengaturan arus lalu lintas, penanganan kecelakaan, hingga pelayanan administrasi. Namun, bagi Sukreni, lalu lintas bukan sekadar urusan kendaraan.

“Lalu lintas adalah tentang nyawa manusia,” katanya penuh makna. Karena itu, ia selalu berusaha menanamkan kesadaran tertib berlalu lintas dengan pendekatan persuasif, edukatif, dan humanis.

Ia percaya, keberhasilan seorang polisi tidak hanya diukur dari seberapa tegas ia menegakkan aturan, tetapi dari seberapa besar ia mampu menyentuh hati masyarakat. Maka, dalam setiap tugas, Sukreni berusaha hadir bukan hanya sebagai aparat hukum, tetapi sebagai sahabat yang bisa dipercaya.

Di balik kesibukannya, Sukreni punya cara tersendiri untuk menjaga semangat, ya dengan olahraga lari.“Lari bukan hanya olahraga,” kata sambil tertawa kecil.

“Bagi saya, lari adalah latihan hidup. Setiap langkah mengajarkan arti ketekunan dan kesabaran. Kalau kita terus melangkah tanpa menyerah, cepat atau lambat kita akan sampai di garis akhir,”tambahnya.

Kini, di tengah kesibukannya sebagai Kasat Lantas, Sukreni terus berkomitmen untuk mengabdi dengan hati. Ia ingin menjadi teladan bagi generasi muda, terutama para perempuan, bahwa keberanian, ketulusan, dan disiplin adalah kunci untuk berdiri sejajar dan bahkan memimpin.

“Hidup adalah pengabdian, dan pengabdian adalah kebahagiaan,” tutup Sukreni. IKI

Pos terkait