34 Petani Sawit di Morowali Ikut Pelatihan di Palu

D29E0A26-B93A-4A13-A58F-53068767560D-32203e2b

PALU, MERCUSUAR – Sebanyak 34 petani kelapa sawit di Kabupaten Morowali terpilih untuk mengikuti pelatihan pengelolaan sarana dan prasarana perkebunan dalam program pembangunan sumber daya manusia perkebunan kelapa sawit. Kegiatan ini merupakan angkatan pertama di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Pelatihan selama lima hari berlangsung di Hotel Beswestern digelar Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY-Stiper bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Ditjenbun.

“Awalnya ada 18 daerah yang menjadi calon tempat pelatihan. Kemudian diputuskan petani di Morowali yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan meski luas perkebunan sawit di daerah itu baru 110 ribu hektar,” kata Direktur AKPY-Stiper, Dr. Sri Gunawan, S.P., M.P., IPU.

Hal itu dikemukakan Gunawan pada pembukaan pelatihan di Hotel Best Western Plus Coco, Palu, Senin (4/7) pagi.

Dikatakan, Indonesia adalah negara agraris, subur, makmur. Orang Jawa bilang Gemah Ripah Loh Jinawi. Namun ironisnya tidak ada satupun komoditas pertanian di Indonesia ini yang menang bersaing dengan luar negeri kecuali Komoditas kelapa sawit.

Gunawan menyebutkan, luas kebun kelapa sawit Indonesia 16,38 juta hektar. Berdasarkan sebaran komoditas, komoditas perkebunan di Morowali adalah kelapa sawit, kakao, kelapa, cengkeh, jambu mete.

Menurutnya, prospek perkebunan kelapa sawit sebagai pangan dan energi di  Sulawesi Tengah  sangat potensial. Luas kelapasawit di Sulawesi Tengah seluas 110.901  ha (0,68%).  Meskipun luas perkebunan di Morowali masih sedikit, namun petaninya sangat semangat dan harapannya menjadi perkebunan yang mandiri dan berkelanjutan. Sebagai percontohan nasional.

Permasalahan kelapa sawit rakyat masih banyak dimulai dari legalitas lahan, perubahan iklim, pembibitan, pemeliharaan, dan panen. Teknologi masih konvensional menjadi tantangan bagi anak bangsa. Sehingga sangat perlu intensifikasi dan harus bisa bersatu dengan perubahan alam.

“Untuk mewujudkan intensifikasi memerlukan sarana prasarana yang memadai. Karenanya pada kesempatan ini diadakan pelatihan seperti ini,” katanya.

Ia juga menyebutkan, kelapa sawit menjadi komoditas global dan banyak ancaman. Kampanye negative dari competitor produsen minyak nabati, lingkungan, biodiversitas, carbon stok, kekeringan, kebakaran dan lainnya.

“Efisiensi biaya dan keberlanjutan perkebunan kelapa sawit menjadi suatu keharusan. Kata kuncinya adalah SDM yang terampil dan kompeten. Kelembagaan yang sehat dan mandiri, serta teknologi yang tepat dan ramah,” katanya.

Makanya pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian dan pemahaman tentang cara budidaya kelapa sawit yang berkelanjutan. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemandirian, manajerial dan kewirausahaan yang berdaya saing perkebunan kelapa sawit berkelanjutan

Pelatihan itu dibuka Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Sulteng diwakili Kabid Produksi dan Perlindungan Tanaman Perkebunan, Simpra Ulit Tajang. Ia berharap kepada peserta mengikuti pelatihan itu dengan baik sehingga nantinya mereka dapat meningkatkan produksinya.MAN   




Pos terkait