PALU, MERCUSUAR – Sosok H. Muhammad Adnan Arsal dipandang sebagai salah satu tokoh sentral, yang bekerja untuk mewujudkan perdamaian sebagai solusi konflik horizontal yang terjadi di Kabupaten Poso, bertahun-tahun silam.
Perjuangan Haji Adnan (panggilan akrabnya) tersebut, dituangkan oleh penulis nasional Khoirul Anam, ke dalam sebuah buku berjudul ‘Muhammad Adnan Arsal Panglima Damai Poso’, yang diulas dalam Bedah Buku yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Tengah, di salah satu hotel di Palu, Jumat (21/1/2022).
Hadir sebagai pembicara kunci pada Bedah Buku tersebut, Pakar Pemikiran Islam, Prof. Dr. H. Zainal Abidin, yang menyampaikan bahwa penempatan judul buku tersebut sudah sangat tepat, karena sosok haji Adnan merupakan pejuang perdamaian yang bisa menyelesaikan masalah atau konflik.
“Dalam buku ini, banyak hal yang sangat positif. Khoirul Anam menuliskan peristiwa di dalam buku membuat kita yang membacanya seolah-olah turut mengalami hal yang diceritakan,” kata Zainal.
Salah satu pelajaran yang diambil dalam buku tersebut, lanjutnya, adalah untuk menyelesaikan konflik atau perselisihan maka diperlukan sikap menghindari saling curiga atau saling menuduh.
“Dari buku ini saya belajar, ternyata menghindari berburuk sangka yang merupakan ajaran agama sangat pas untuk menyelesaikan konflik atau mencegah konflik terjadi,” tegas Zainal.
Solusi lainnya adalah upaya mengedepankan dialog, sebagaimana yang dicontohkan oleh Haji Adnan ketika menghadapi konflik di Poso puluhan tahun silam.
Selain itu, Zainal yang juga merupakan Rais Syuriah PWNU Sulteng, menegaskan, sikap Haji Adnan menjadi cerminan sosok yang mempelajari dan mempraktikkan ajaran agama dengan sungguh-sungguh dan utuh.
Mengutip kata-kata dari Haji Adnan yang tertuang dalam buku, Zainal menegaskan jika sentimen agama yang bisa membakar amarah warga di Poso, maka ajaran agama yang benarlah yang bisa mengatasinya.
“Ini kata-kata dari orang yang memiliki wawasan keagamaan yang luas. Terkesan bagi saya beliau (Haji Adnan) orangnya ramah, santun dan bersahabat,” pungkas Zainal.
Sementara itu, Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Sulteng, Muh Syaltut menyampaikan tema buku ‘Muhammad Adnan Arsal Panglima Damai Poso’ sangat pas dengan semangat moderasi yang dibangun dan dikembangkan oleh Muhammadiyah.
“Yaitu moderasi yang berkeadilan, penegakan hukum dan sosial masyarakat, serta tegaknya kehidupan yg adil dan makmur. Semoga ini menjadi ajang sharing informasi yang membangun, terkait permasalahan umat khususnya di Provinsi Sulteng,” tegas Syaltut.
Turut hadir sebagai pembicara pada Bedah Buku yang dihadiri sejumlah perwakilan ormas keagamaan, tokoh masyarakat, tokoh wanita, tokoh pemuda di Sulteng tersebut, Ketua Tanfidziyah PWNU Sulteng, Dr. Lukman S. Tahir, Ketua Majelis Pustaka PW Muhammadiyah Sulteng, Prof. Dr. Muh. Khairil, M.Si., Sekjen PB Alkhairaat, Ridwan Yalidjama, intelektual muda, Dr. Najih Arromadloni, penulis buku, Khoirul Anam, serta tokoh sentral yang menjadi bahasan buku, H. Muhammad Adnan Arsal.
Hadir membuka kegiatan tersebut, mewakili Gubernur Sulteng, Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setdaprov Sulteng, Arfan. Dalam sambutannya, ia berharap hadirnya buku yang membahas perjuangan Haji Adnan dalam mewujudkan perdamaian di Poso, dapat menjadi inspirasi menghadirkan semangat dan kerja keras bersama untuk mewujudkan perdamaian di manapun bersama.
“Ini diharapkan menjadi motivasi bagi kita, untuk turut menciptakan lingkungan yang tentram, rukun dan damai dalam kehidupan bermasyarakat,” tegas Arfan.
Apresiasi Densus AT 88
Haji Adnan juga menyebut bahwa saat ini, salah satu potensi konflik yang masih ada dan menggejala adalah radikalisme dan terorisme. Ia percaya, dua ancaman itu dapat menyasar siapa saja. Karenanya ia meminta masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan, terlebih karena radikalisme dan terorisme kerap bersembunyi di balik ‘mimbar’ agama.
Secara khusus, Haji Adnan menyampaikan apresiasi terhadap Densus AT 88 yang dipandangnya telah bekerja sangat serius dan profesional dalam memberantas radikalisme dan terorisme. Baginya, Densus telah sukses bukan hanya dalam menindak pelaku teror, tetapi juga dalam mengawal agar ideologi radikal dan teror tidak berkembang dan memakan lebih banyak korban.
Meski demikian, Haji Adnan menyerukan bahwa penanggulangan radikalisme dan terorisme bukan semata tugas Densus 88 dan kepolisian secara umum, melainkan tugas seluruh komponen masyarakat.
“Kerja-kerja kontranarasi dan ideologi seperti yang dilakukan Densus 88 harus kita lakukan juga. Kepolisian tidak bisa bekerja sendiri, kita harus bersama-sama mencegah dan menanggulangi segala bentuk tindak kekerasan atas nama apa pun demi terwujudnya kedamaian, kesejahteraan, dan kesatuan di Negara Indonesia,” katanya.IEA