Festival Temu Lempeng untuk Keberlanjutan Kawasan Khatulistiwa Siweli

Musis Rival Himran (Kailiman) menyematkan pin Orang di Badan kepada Sekdakab Donggala (Rustam Efendi), Ketua DPRD Donggala (Moh. Taufik) dan Ketua IOF Indonesia (Irjen Pol. (Purn) Sam Budigusdian) pada Festival Temu Lempeng Khatulistwa Siweli 2025. FOTO: WAHID AGUS / MS

DONGGALA, MERCUSUAR – Festival Temu Lempeng nol derajat Khatulistiwa Siweli yang terlaksana selama dua hari, Jumat dan Sabtu (25 dan 26/7/2025) di Desa Siweli Kecamatan Balaesang Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, menyisakan sejumlah kesan dan harapan dalam menggerakan sektor kepariwistaan dari sumber daya alam Geologi (lempeng), Geografi (garis bujur lintang Khatulistiwa, astronomi), Nature (flora fauna), serta Cultur (adat budaya, mitigasi).

Sebuah keunikan dalam Temu Lempeng ini, dimana alas geologis Pulau Sulawesi terbentuk oleh pertemuan tiga lempeng dunia, yaitu Euresia, Austronesia, dan Pasifik, sehingga format kegiatan di kemas dalam pertemuan dari berbagai pihak untuk memperoleh manfaat kehidupan yang selaras antara manusia dan alam semesta.

Festival yang dikemas apik oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Donggala, menghadirkan pemateri yang disajikan dalam bungkusan talk show di hari pertama sesi sore, yaitu Aris Dwi Nugroho (Geolog Badan Geologi ESDM), Irjen Pol. (Purn) Sam Budigusdian (Ketua IOF Indonesia), Rustam Efendi (Sekdakab Donggala), Moh. Isnaeni Muhidin (Moderator).

Talk show dilanjutkan pada sesi malam yang menghadirkan Moh. Taufik (Ketua DPRD Donggala), Muhammad (Kadis Pariwisata Donggala), Adal Bonai (Traveler asal Payakumbuh), Rival Himran (Musisi).

Talk show di hari kedua menampilkan Dr. Hakim Malasan (Astronom Senior ITB), Ahmad Arif (Penulis/Jurnalis), Heru Hikayat (Kurator Seni Rupa dan Pengamat Kebudayaan) yang tampil melaui layar telekonferensi, dan Muhammad (Kadis Pariwisata Donggala), serta Syarif (moderator).

Sejumlah pemaparan terkait keistimewaan adanya titik nol derajat Khatulistiwa disampaikan secara lugas oleh para pakarnya yang menambah wawasan ilmu pengetahuan para konstituen yang hadir dari berbagai desa di Balaesang dan sekitarnya.

Para narasumber dan pejabat pemerintah yang hadir diberikan pin Orang di Badan yang disematkan oleh musisi Rival Himran (Kailiman), vokalis bergendre reggae asal Palu yang peduli pada kelestarian lingkungan, adat budaya Nusantara, khususnya Kaili.

Pengukuhan Orang di Badan pada hakekatnya diberikan kepada siapa pun yang peduli pada keberlanjutan pemeliharaan dan pengembangan kawasan Nol Derajat Khatulistiwa Siweli sehingga berada pada pengelolaan sektor kepariwisataan pada level internasional yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, kelestarian alam dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Festival Temu Lempeng yang juga bertujuan memberi ruang seluas-luasnya dalam menumbuhkembangkan pemahaman tentang alam semesta ini, diawali dengan prosesi Kayori dari suku Pendau Balaesang sebagai bagian dari adat istiadat penyambutan dari tuan rumah.

Dalam suasana penuh magis prosesi Kayori, disampaikan juga pengantar tentang makna adat istiadat Suku Pendau oleh Zulkifli Pagessa (Budayawan) yang membuat para penonton terkesima oleh pentingnya mempertahankan kearifan dan kebijaksaan tradisi budaya daerah.

Salah satu momentum penting dari Temu Lempeng, juga ditandai dengan peresmian penandatanganan prasasti Koordinat Podium Khatulistiwa Siweli oleh Pemkab Donggala diwakili Sekdakab Donggala, Rustam Efendi dan Ketua Indonesian Off-Road Federation (IOF), Irjen Pol. (Purn) Sam Budigusdian sebagai perintis pembangunan Koordinat Podium Khatulistiwa Siweli saat kegiatan Sulewesi Tribut 2024 pada Senin (16/9/2024) setahun lalu.

Sekdakab Donggala, Rustam Efendi saat membuka festival yang dipenuhi pedagang usaha mikro kecil itu, mengatakan bahwa Temu Lempeng merupakan kegiatan rintisan pengembangan destinasi wisata di kawasan titik nol derajat Khatulistiwa Siweli. Kehadiran monumen garis lintas utara selatan ini, diyakini akan berdampak langsung kepada masyarakat, karena selain mendapatkan segudang ilmu dari para ahlinya, juga dapat menikmati kuliner khas yang autentik dari Kabupaten Donggala khususnya dan dari masyarakat Balaesang pada umumnya.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata Donggala, Muhammad yang menutup kegiatan Temu Lempeng juga menyampaikan harapan, khususnya kepada pemerintah, organisasi dan masyarakat Siweli agar memanfaatkan sarana pra sarana yang ada dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat di sektor kepariwisataan.

Beragam kegiatan yang meramaikan lokasi Festival Temu Lempeng, selain talk show, juga terdapat pelayanan administrasi kependudukan oleh Dinas Kependudukan Catatan Sipil Donggala, dan gerakan pangan murah dari Dinas Ketahanan Pangan Donggala, nonton layar bioskop dan Pameran Warisan Budaya oleh Badan Pelestarian Kebudayaan, pameran produk kelompok tani hutan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng UPT KPH Dampelas Tinomobo, pameran penyu oleh Kelompok Konservasi Penyu Lentora Desa Mapane Tambu Kecamatan Balaesng Kabupaten Donggala, yang juga dilakukan pelepasliaran Tukik (bayi Penyu) di pantai Siweli saat senja menghiasi Selat Makassar.

Selain itu, yang tidak kalah menarik selama dua hari itu adalah sejumlah penampilan seni budaya, seperti tari dan lagu, vokal grup, pantomim, puisi, senam, termasuk atraksi drum band, rabana, prosesi Mpeaju dan tarian penjemputan yang dipersembahkan oleh para pelajar dan masyarakat Balaesang dan sekitarnya.

Malam puncak ditutup oleh vokalis Isna Donggala dan Kiki Ho serta Rival Himran yang menghangatkan suasana malam pada kerinduan pada keberlangsungan kelestarian alam semesta di tanah Kaili Sulawesi Tengah. HID

Pos terkait