PALU, MERCUSUAR – Pengembangan teknologi konverter kit yang mengolah bahan bakar minyak (BBM) menjadi bahan bakar gas (BBG), selain dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan karena mampu menghemat biaya bahan bakar kapal tangkap ikan, teknologi ini juga ramah lingkungan, serta mengurangi ketergantungan terhadap BBM.
Hal itu disampaikan Doni, Perwakilan Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),dalam penyerahan 300 paket Konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) di SPPDN/Pabrik Es Vatuoge Taipa, Rabu (11/11/2020).
Sebanyak 300 paket konversi BBM ke BBG untuk kapal tangkap ikan bagi nelayan sasaran di Kota Palu, sebelumnya sudah diserahkan 200 paket sehingga total 500 paket yang disalurkan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementrian ESDM RI.
Sebanyak 300 nelayan Palu kali ini giliran mendapatkan paket konverter kit bahan bakar gas (BBG) Isi paket tersebut berupa, alat converter BBM ke LPG, mesin penggerak, baling-baling, 2 (dua) buah tabung LPG 3 kg dan aksesoris pendukung lainnya. Dengan menggunakan bahan bakar gas (BBG), nelayan dapat melakukan penghematan biaya operasional mencapai 40% hingga 60%, bila dihitung Rp.11 juta namun Kementrian ESDM berikan secara gratis.
Jika dengan menggunakan mesin sebelumnya, nelayan memerlukan BBM Jenis Premium sebanyak 7 – 8 liter per hari untuk 8 jam melaut atau sekitar Rp 50 rb rupiah atau sama dengan 1 Kg Gas hanya untuk 8 jam melaut. Nah, dengan menggunakan LPG 3 kg yang merupakan produk subsidi, 1 tabung ini bisa digunakan sampai lebih dari 10 jam melaut
Konversi BBG ini bisa memberikan dampak penghematan biaya operasional nelayan yang cukup signifikan. Karena penggunaan 1 tabung bisa dipakai hingga 2 hari dengan HET tabung yang jauh lebih murah dibanding Premium, ” tutur Doni.
“Tahun lalu 200 dan tahun ini mendapat tambahan 300 paket, seharusnya Kota Palu tidak lagi mendapat bantuan namun karena masih adanya danaya setelah dianalisa,alhamdullilah nelayan Kota Palu masih dapat, dan tahun depan masih ada bantuan ini 8000 unit baik untuk nelayan juga untuk 8000 ribu petani, kita baru dapat data nelayan di Kota Palu, maka tahun depan Dinas Pertanian silahkan mengajukan untuk petaninya, sapa tau tahun depan juga dapat,” ujar dia.
Ia menambahkan selain dapat menghemat biaya melaut, BBG ini jauh lebih ramah lingkungan yang dapat mengurangi dampak polusi pada udara dan air laut karena gas buangnya (monoksida) menjadi berkurang.
Adapun kriteria nelayan yang berhak mendapatkan paket konverter kit antara lain, nelayan kecil yang sesuai Undang-undang no 31 tahun 2004 tentang perikanan, perpres no 126 tahun 2015, Kepmen 537 K/12/MEM/2016, kemudian perahu yang dimiliki berbahan bakar bensin, daya mesin perahu lebih kecil atau sama dengan 13 HP, jenis alat tangkap ramah lingkungan dan tidak membantu illegal fishing serta belum pernah mendapatkan bantuan sejenis dari pemerintah pusat, daerah atau badan usaha, ungkap Usman Staf Ahli Bidang Sosial Budaya Setda Palu.
Kegiatan pembagian konverter kit ini diawali dengan sosialisasi cara aman penggunaan mesin dan tabung LPG 3 kg, serta tempat pembelian tabung jika habis. Dukungan pihak pemerintah daerah setempat terhadap program pemerintah konversi BBG ini terlihat, Perwakilan Ditjen Migas Kementrian ESDM, serta Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palu, Hasan Lahinding, Hadir pula anggota DPRD Sulteng Alimuddin Paada.
Pemerintah Daerah Kota Palu juga menyampaikan apresiasinya kepada Pertamina dan berharap supply LPG 3 kg dapat terpenuhi dengan baik,dan segera membangun pangkalan Gas untuk Nelayan ini, penyaluran paket ini dilaksanakan selama empat hari hingga hari Sabtu (14/11/2020).
Melaui program alih bahan bakar ini, Pertamina tentunya berharap para nelayan dapat memanfaatkan semaksimal mungkin paket yang sudah diberikan melalui program bantuan Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan Pertamina. “Kami tentunya senang sekali jika para nelayan merasakan betul manfaat dari program ini, sehingga penggunaan LPG 3 kg juga menjadi lebih tepat sasaran,” beber Doni.
Doni menjelaskan, bahan bakar mesin kapal atau truk yang menggunakan (compressed natural gas) atau gas alam terkompresi mampu menekan biaya bahan bakar solar yang selama ini impor. Menggunakan teknologi CNG mampu menghemat sekitar 60 persen, sedangkan BBG antara 30-40 persen dibanding menggunakan BBM.
Selain itu, keberadaan CNG bisa mendukung program ramah lingkungan, karena truk berbahan bakar CNG yang beroperasi di jalan raya dan kapal nelayan, kapal penyeberangan, maupun kapal barang di laut tidak lagi sebagai penyumbang polusi udara.ABS