Operasi Tinombala Diperpanjang Lagi Hingga 30 September 2020

tinombala

PALU, MERCUSUAR – Operasi Tinombala memburu sisa kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso kembali  diperpanjang hingga tiga bulan ke depan. Perpanjangan operasi dilakukan karena belum tuntasnya pengejaran sisa Daftar Pencarian Orang (DPO).

“Operasi Tinombala diperpanjang tiga bulan ke depan terhitung mulai Juli hingga September 2020. Setelah itu baru dievaluasi lagi. Kita berupaya bagaimana semaksimal mungkin untuk menangkap sisa MIT yang masih bersembunyi,” kata Kapolda Sulteng, Irjen Pol Syafril Nursal di Polda Sulteng, Selasa (30/6/2020).

Ia berharap, perpanjangan operasi bisa mempersempit ruang gerak kelompok MIT dan menangkap para DPO. Kapolda mengimbau agar kelompok MIT yang masih bersembunyi di Gunung Poso segera menyerahkan diri.

Saat ini, hampir di seluruh wilayah Sulteng, pihak aparat terus melakukan penyuluhan dan pendampingan kepada berbagai kelompok masyarakat yang terindikasi terpengaruh paham radikalisme.

 “Sosialisasi akan bahaya radikalisme dan intoleransi terus dilakukan untuk meminimalisir adanya pelaku-pelaku teror,”katanya.

Ia menyebut masih adanya kelompok atau simpatisan MIT di wilayah operasi. Sepanjang tahun 2011 hingga 2020, operasi berhasil menangkap puluhan anggota MIT yang masuk DPO dan para simpatisan.

Menurutnya, Operasi Tinombala itu baru bisa dihentikan  jika semua teroris di Poso, baik yang berada di atas gunung ataupun di bawah ditangkap dan diselesaikan masalahnya. Saat ini pihaknya  hanya melakukan proses hukum penangkapan kelompok yang bersembunyi di gunung. Sementara, kelompok atau simpatisan yang berada di bawah harus disikapi serius oleh semua pihak.

“Jangankan dihentikan, dikendorkan saja tidak boleh,” tegas Syafril.

Kapolda bahkan menyebut adanya kelompok-kelompok yang diduga membina teroris, ada pula pesantren yang tidak jelas izinnya, tidak jelas kurikulumnya dan tidak jelas bahan ajarnya. Persoalan inilah yang perlu ditindak serius.

Menurutnya, dengan keterlibatan semua pihak, perlu upaya-upaya untuk merubah pola pikir mereka yang terpapar radikal, sehingga tidak menjadi teroris. Pemerintah juga diminta membuat program tertentu bagi yang terindikasi radikal.

“Selama kelompok di bawah tidak dikelola dengan baik, maka Operasi Tinombala ini tidak akan berhenti,” kata Syafril Nursal.

 Kepolisian RI memperpanjang lagi masa tugas Satuan Tugas Operasi Tinombala terhitung sejak 29 Juni hingga 30 September. “Operasi ini dilaksanakan selama 94 hari terhitung mulai 29 Juni sampai dengan 30 September 2020 dengan mengedepankan kegiatan penegakan hukum,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Awi Setiyono saat dikonfirmasi pada Selasa, 30 Juni 2020.

Perpanjangan masa tugas itu didasarkan pada keputusan Surat Telegram Kapolri tanggal 26 Juni 2020 tentang melanjutkan operasi kepolisian kewilayahan dengan sandi Operasi Tinombala 2020 Tahap III.

Pada tahun ini, masa tugas Satgas Tinombala sudah dua kali diperpanjang, yakni pada 1 Januari sampai 31 Maret, lalu 31 Maret hingga 28 Juni.

Satgas Operasi Tinombala semula dibentuk untuk melumpuhkan dan menangkap jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso. Santoso telah tewas setelah baku tembak dengan satuan tugas Tinombala pada 18 Juli 2016.

Operasi ini melibatkan gabungan pasukan Polri-TNI untuk meringkus sisa-sisa teroris kelompok Santoso di Poso. Kini Operasi Tinombala melibatkan Kopassus TNI AD dan Brimob Polri untuk memburu sejumlah teroris tersisa dari kelompok pimpinan Ali Kalora itu.IKI

Pos terkait