PALU, MERCUSUAR – Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Longki Djanggola meminta seluruh kantor instansi pemerintah, swasta dan masyarakat luas untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk belasungkawa atas wafatnya Prof Aminudin Ponulele, mantan Gubernur Sulawesi Tengah.
Menurut Longki, Prof Aminudin merupakan tokoh yang sangat berjasa dan berpengaruh baik kepada masyarakat maupun dalam pembangunan di seluruh Sulteng.
“Untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa almarhum diharapkan untuk menaikkan (mengibarkan) bendera setengah tiang selama tiga hari mulai Kamis) hingga Sabtu (28-30 Januari),” kata gubernur melalui Juru Bicara Gubernur Sulteng Moh. Haris Kariming di Kota Palu, Kamis (28/1).
Ia menerangkan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng dan masyarakat dari berbagai lapisan sangat kehilangan sosok, tokoh dan panutan yang memiliki jasa yang begitu besar.
Prof Aminudin meninggal dunia di Rumah Sakit Budi Agung, Kota Palu, pada Rabu (27/1) dan dimakamkan di Desa Mpanau, Kabupaten Sigi, Kamis pagi.
Aminudin dikenal sebagai figur yang berjasa dan berpengaruh. Almarhum yang juga jurnalis senior yang memulai karir kewartawanannya sebagai loper koran di Manado hingga Ketua PWI Sulteng dekade 1990-an itu itu pernah menjabat Ketua DPD Golkar Sulteng, Rektor Universitas Tadulako, Ketua DPRD Sulteng dan Gubernur Sulawesi Tengah.
Di mata unsur pimpinan dan wakil pimpinan serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tengah, almarhum Prof (Em) Drs H Aminuddin Ponulele, M.S dikenal sebagai figur yang sangat tertib dan disiplin.
Tercatat Aminudin menjabat sebagai anggota dan Ketua DPRD Sulteng terpanjang dan terlama yakni sejak tahun 1988 hingga 2001 dan 2009 hingga 2019.
Wakil Ketua DPRD Sulteng Muharram Nurdin menceritakan kisahnya saat bersama-sama almarhum Aminuddin menjadi wakil rakyat di DPRD Sulteng tahun 1999 dan 2014.
“Saya ingat betul tahun 1999 saat saya menjadi pimpinan sementara DPRD Sulteng, almarhum adalah salah satu anggota dewan yang taat pada aturan tata tertib, almarhum selalu hadir tepat waktu dan mengikuti persidangan sampai selesai,” katanya kepada ANTARA di Kota Palu, Rabu petang.
Menurutnya Aminuddin figur yang sangat paripurna karena semasa hidupnya pernah mengabdi sebagai guru, dosen dan rektor.
Sementara jabatan politiknya di eksekutif sebagai Gubernur Sulteng periode 2001-2006 dan di legislatif empat kali menduduki jabatan Ketua DPRD Sulteng.
“Kepiawaiannya menggeluti dunia politik mengantar almarhum dipilih secara aklamasi menjadi Ketua DPRD Sulteng hingga empat kali, sementara tiga wakilnya dipilih melalui proses pemungutan suara secara tertutup. Saya merasa kehilangan seorang figur pemimpin, guru dan tokoh panutan,” ujarnya.
Muharram menyatakan sudah mengenal Aminuddin saat dirinya masih mahasiswa di Universitas Tadulako dan aktif sebagai aktivis pada 1990.
“Sebelumnya almarhum menjabat Pembantu Rektor I Untad Bidang Akademik. Setelah itu menjabat Rektor Untad. Ketika menjabat rektor, saya salah satu mahasiswa yang sering berhadap-hadapan karena posisi saya sebagai aktivis dan mahasiswa,” terangnya.
Selepas menjadi mahasiswa, lanjutnya, ia kembali bertemu pria kelahiran 5 Juli 1939 di Kota Palu itu, namun sebagai sesama perwakilan rakyat di DPRD Sulteng tahun 1999 dan tahun 2014.
Muharram mengatakan saat Aminudin Ponulele menjabat Gubernur Sulteng periode 2001-2006, ia yang saat itu merupakan seorang legislator menjadi mitranya.
Ia berharap dedikasi dan pengabdian yang dilakukan almarhum semasa hidupnya untuk masyarakat dan daerah dapat memotivasi dan membangkitkan semangat generasi muda di Sulteng agar dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi alam maupun manusia.JEF/ANT