PALU, MERCUSUAR – Warga Palu dan daerah lainnya di Sulawesi Tengah tadi malam dapat menyaksikan gerhana bulan total dari rumahnya masing-masing atau di tempat lain. Meski begitu, kebanyakan warga tak dapat menyaksikannya secara utuh.
Dari kantor Mercusuar di Jalan Yos Sudarso, misalnya. Fenomena astronomi ini lebih banyak tampak buram ketimbang bulan yang bercahaya. Bulan bulat yang berwarna merah hanya beberapa waktu disaksikan kemudian berubah seolah tertutup awan.
Stasiun Geofisika Palu menyatakan, meski penampakan gerhana bulan bisa disaksikan di semua daerah di Sulawesi Tengah, namun tidak semua daerah bisa menyaksikan fenomena alam gerhana bulan total itu secara utuh.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika, Hendrik Leopatty menerangkan fenomena tersebut bisa disaksikan dengan mata telanjang oleh semua warga di Sulawesi Tengah. Namun penampakan gerhana bulan secara utuh hanya bisa diamati dari daerah tertentu.
“Bisa diamati dari manapun, tapi hanya dari Kabupaten Banggai fenomena itu bisa dilihat utuh,” kata Hendrik.
Gerhana bulan total di Sulawesi Tengah mulai terjadi pukul 19.18 Wita, dan puncaknya terjadi pukul 21.49 Wita.
Stasiun Geofisika Palu menyaksikan fenomena gerhana bulan total dari lokasi pemantauan di Jalan Sumur Yuga menggunakan teropong bintang yang biasa juga digunakan melihat hilal. Hasil pantauan itu juga bisa disaksikan warga secara live streaming di situs bmkg.go.id.
Menurut BMKG, beberapa wilayah di Indonesia dapat dipastikan menyaksikan fenomena yang diperkirakan baru akan kembali terjadi pada 2033 ini.
“Fenomena super blood moon terjadi karena posisi matahari-bumi-bulan sejajar. Hal itu menempatkan bulan berada di umbra bumi sehingga menyebabkan puncak gerhana total,” tulis keterangan BMKG dalam situs resminya, Rabu (26/5/2021).
Kemudian menurut BMKG, rentang waktu antar fase fenomena gerhana bulan total ini di tiap-tiap wilayah di Indonesia hingga mencapai titik sempurna berbeda-beda.
Selain itu, BMKG juga mengingatkan masyarakat di daerah pesisir waspada terhadap potensi terjadinya banjir rob terkait dengan akan adanya gerhana bulan total atau super blood moon tersebut.
“Gerhana bulan total yang akan terjadi dikenal dengan istilah super blood moon. Pada saat itu, bulan akan berwarna merah yang terlihat dengan ukuran relatif lebih besar dari fase bulan purnama biasa,” ujar Kepala BBMKG Wilayah I Medan Hartanto.
Keistimewaannya
Gerhana Bulan total pada 26 Mei 2021 sangat spesial. Selain bertepatan dengan Hari Raya Waisak, fenomena astronomi ini juga memperlihatkan bentuk Bulan lebih besar.
Salah satu peneliti di Observatorium Bosscha Yatny Yulianty menjelaskan, fenomena ini terjadi saat matahari, bumi, dan bulan berada pada posisi sejajar. Itu terjadi karena bulan bergerak mengelilingi bumi sesuai orbit (garis edar).
“Peristiwa gerhana bulan itu (merupakan) peristiwa yang sebetulnya bersiklus, berulang, karena ketiga benda tadi akan bergerak dalam satu keharmonisan,” kata Yatny dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/5/2021).
Dia juga mengatakan, fenomena ini sudah dapat diprediksi secara astronomi. Sehingga, kata dia, gerhana berikutnya dapat diketahui lebih awal.
“Jadi (gerhana bulan merupakan) sebuah fenomena alam yang akan berulang dan sekarang sudah bisa dengan sangat baik diprediksi kapan akan terjadi lagi, kapan gerhana berikutnya terjadi lagi, di mana kita bisa melihatnya, itu sudah sangat bisa diprediksi secara astronomi,” sambungnya.
Lebih lanjut, tahun ini akan ada dua gerhana bulan yakni Gerhana Bulan Total (GBT) pada 26 Mei 2021 dan Gerhana Bulan Sebagian (GBS) pada 19 November 2021. Sekedar diketahui, ada tiga jenis gerhana bulan yakni gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian, dan gerhana bulan penumbra.
Di sisi lain Astronom Bosscha Agus Triono menjelaskan, gerhana bulan total terjadi ketika hanya sebagian saja bayangan bumi yang menutupi bulan. Sedangkan gerhana bulan penumbra sulit dilihat secara kasat mata karena tidak terlalu berbeda dengan bulan purnama.
“Terjadinya gerhana bulan tergantung pada konfigurasi bagaimana posisi bulan relatif terhadap bumi dan matahari atau posisi bumi relatif terhadap bulan dan matahari. Disebut (gerhana bulan) total kalau misalnya bayangan (inti) bumi (umbra) secara total menutupi bulan kalau kita lihat dari arah kita, dari sudut pandang kita,” jelas Agus.
Keistimewaan GBT 26 Mei 2021, kata dia, terjadi saat bulan berada dalam posisi terdekat dengan bumi karena bentuk orbit bulan terhadap bumi adalah elip, bukan lingkaran sempurna.
Selain bentuk Bulan yang akan sedikit lebih besar daripada biasanya, warnanya pun akan tampak lebih terang sebelum terjadi GBT. Oleh karena itu, saat memasuki fase GBT masyarakat dapat melihat perbedaan secara jelas sebelum dan saat terjadi GBT yang akan berwarna kemerahan.
Maka dari itu gerhana bulan kali ini disebut sebagai Super Blood Moon. Bulan mulai memasuki fase gerhana (bulan memasuki bayangan umbra bumi) pada pukul 16.44 WIB.
Pada saat itu bulan belum terlihat di wilayah Indonesia bagian Barat karena masih di bawah ufuk, tetapi bulan sudah terbit di wilayah Indonesia bagian Timur. Fase GBT terjadi pada pukul 18.11 WIB dan berlangsung selama 14 menit sehingga pada pukul 18.11-18.29 WIB bulan akan terlihat kemerahan. Gerhana bulan benar-benar berakhir pada pukul 20.49 WIB.
Hampir semua negara dapat menyaksikan fenomena gerhana Bulan ini jika cuaca cerah, termasuk Indonesia. Dari arah Timur-Tenggara (hingga Tenggara untuk Indonesia bagian Timur), bisa menyaksikannya sekalipun tanpa bantuan alat optik.MAN