PALU, MERCUSUAR – Untuk mendorong produktivitas petani di Lembah Napu tersebut, Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tengah (Sulteng) juga ikut berkontribusi dalam pemnafaatan koperasi yang dibuka secara swadaya oleh sejumlah kelompok petani di Watumaeta tersebut.
Berdasarkan penuturan ketua kelompok Tani Mandiri Jaya, Suyanto menjelaskan, selama ini, harga rendah yang tawarkan pemasok juga disebabkan karena kurangnya modal dari petani, sehingga untuk pupuk, pestisida dan modal bibit harus pinjam dari pemasok.
“Makanya pas panen, kita terima saja berapa harga yabg ditawarkan pemasok,” ujarnya.
Menurutnya, dengan adanya koperasi dari swadaya para kelompok tani serta dukungan dari BI Sulteng, mereka berharap, segala kebutuhan seperti pupuk, pestisida dan kebutuhan tanam lainnya bisa diambil du koperasi.
“Soal lahan kita tidak khawatir, hanya memang selama ini pemasok yang menyediakan kebutuhan seperti pupuk, pestisida bahkan bibit untuk keperluan kami penanam, kita harap dengan adanya koperasi dan dukungan dari Bank Indonesia, kebutuhan tanam kita bisa ambil alihkan ke koperasi tersebut,” jelasnya.
Suyanto menjelaskan, selain Mandiri Jaya, tiga kelompok tani lainnya di Lembah Napu juga sudah masuk menjadi binaan BI Sulteng diantaranya Kelompok Tani Adi Dharma, Mitra Jaya, dan Mekar Jaya.
Kelompok tani tersebut dipastikan akan terus bertambah karena menurut Suyanto, dukungan yang ditawarkan BI Sulteng sangat membantu dan menjadi kebutuhan petani di kawasan tersebut untuk bisa mendorong produksi dan menstabilitaskan harga pasar hingga tingkat petani.
BI Sulteng juga telah menyumbang 23 unit mesin alsintan untuk memaksimalkan proses tanam para petani di Desa Watumaeta yang mampu menghasilkan 12 ton cabai keriting setiap musimnya.
“Kami sangat terbantu dengan bantuan alsintan, proses pajak tanah yang biasa kami lakukan berminggu-minggu dengan mesin alsintan bantuan Bank Indonesia hanya membutuhkan setegah hari untuk membajak tanah seluas satu hektar,” jelasnya.
Bantuan tersebut juga meminimalisir pengeluaran petani, yang sebelumnya harus mengaji buruh untuk membajak tanah pertanian hingga Rp10juta per hektarnya, kini dengan mesin alsintan hanya mengeluarkan modal Rp300ribuan.
Salah satu kelompok binaan BI di Desa Watumaeta tersebut juga sedang melakukan uji coba tanam cabai rawit yang nantinya akan dikembangkan secara luas oleh kelompok tani Desa Watumaeta. Hal itu dilakukan atas dukungan BI Sulteng, mengingat cabai rawit sering menjadi penyumbang inflasi baik di daerah Sulteng maupun secara nasional. RES