PT FRUN Diduga Bekerja Tidak Profesional

RUSAK

BUOL, MERCUSUAR – Dugaan ambruknya proyek pembangunan infrastruktur Daerah Irigasi (DI) di Desa Winangun, Kecamatan Bukal, yang dirancang Pemerintah Kabupaten Buol, hanyalah menjadi sebuah kisah kelam. Sebab, harapan warga Kecamatan Bukal akan kebutuhan air irigasi yang melimpah tidak bisa terpenuhi.

Demikian dikatakan Samsudin, salah seorang warga Kecamatan Bakal Kabupaten Buol, Jumat (7/6/2018) pekan lalu. Persoalannya kata dia, bendungan yang baru beberapa bulan ini dibangun oleh Jhoni Pongki dengan bendera PT Fajar Raya Usaha Nusa (FRUN), kini kondisinya sudah rusak parah. Bahkan, sebagian dinding penahan atau talud irigasi sudah banyak yang ambruk dan ambrol.

Padahal, proyek dengan nilai HPS Rp9.997.752.000, dari Pagu Rp10 miliar yang dianggarkan melalui ABPD Kabupaten Buol tahun 2018 ini, diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menikmati air irigasi yang layak. Ternyata semua itu hanyalah mimpi bagi masyarakat.

“Ini adalah petaka. Proyek Bendungan Winangun ini kami sangat harapkan, tapi belum bisa dinikmati sudah ambruk,” kata Samsudin.

Bendungan ini kata Samsudin, baru selesai dikerja pada Desember 2018, oleh Jhoni Pongki salah satu kontraktor besar asal Tolitoli. Nama Jhoni Pongki masuk dalam sembilan kontraktor pemilik Aspal Mixing Plant (AMP) di Sulteng.

Namun saying, nama besarnya ini tidak bisa memberikan jaminan terhadap kualitas pekerjaan yang dipercayakan pemerintah kepadanya. Salah satu contoh, talud irigasi dan lantai sudah ambruk.

“Terkesan Jhoni Pongki mengerjakan proyek ini secara asal-asalnya. Dia terkesan ingin mengejar profit, lalu kemudian mengabaikan aspek kualitas,” cetus Samsudin.

Bahkan yang paling parah, untuk item pekerjaan bronjong, pihak PT FRUN diduga tidak menggunakan material yang dipersyaratkan dalam dokumen kontrak.

Selain material batu yang tidak memenuhi syarat, juga tidak dibuatkan galian (koporan). Akibatnya, ketika debit air besar datang, bronjong pun ikut hanyut karena tidak memiliki kekuatan untuk menahan terjangan air.

Olehnya tambah Samsudin, masyarakat Kecamatan Bukal meminta pertanggungkawaban kepada Jhoni Pongki selaku Direktur PT FRUN.

Ia juga meminta kiranya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buol, segera merespon serta mengambil atas ambruknya proyek yang dibiayai APBD Kabupaten ini.

“Janganlah berlindung di balik bencana alam (banjir -red), lalu kemudian mengesampingkan harapan dan keinginan masyarakat. Apapun alasan dinas terkait dan pelaksana di lapangan, tetap ada miliaran rupiah dana daerah yang harus dipertanggungjawabkan,” tandasnya.

Direktur PT Fajar Raya Usaha Nusa Jhoni Pongki yang beberapa kali dihubungi tidak dapat dimintai keterangan, karena telepon genggamnya tidak aktif.

Sebelumnya, Kadis Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Buol, Dr Aryan Gafur mengatakan, pekerjaan Bendungan Winangun telah dikerjakan sesuai spesifikasi, sebagaimana ditetapkan dalam kontrak.

“Pekerjaan bronjong yang masuk dalam salah satu item pekerjaan, juga sudah dilaksanakan sesuai spesifikasi. Kerusakan bronjong disebabkan oleh banjir berulang yang membawa material kayu gelondongan dan menghantam dinding bronjong tersebut, sehingga banyak yang rusak,” terang Kadis.

Menurut Kadis, banjir yang menerjang bendungan tersebut sebanyak empat kali. Bahkan banjir yang terakhir, sampai menyebabkan kerusakan pada pasangan dinding saluran batu kali, sehingga saluran tersebut terputus.

“Ini sudah dibuktikan dengan adanya laporan dari pemerintah desa setempat terkait bencana banjir tersebut,” imbuhnya.

Aryan Gafur juga menyebutkan, bangunan bendung secara konstruksi aman, karena menggunakan pondasi tiang pancang.

“Untuk kerusakan bendungan yang sifatnya kecil telah ditangani melalui mekanisme pemeliharaan sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak, di mana kontraktor masih bertanggungjawab dalam masa pemeliharaan selama 6 bulan,” tandasnya. BOB

Pos terkait