DONGGALA, MERCUSUAR – Kabupaten Donggala yang pernah meraih piala Adipura sebanyak tiga kali, kini sudah hampir tak lagi terlihat tanda-tanda sebagai kota kecil yang peduli terhadap lingkungan. Persoalan sampah yang tidak terkelola dengan baik, pohon peneduh yang sudah banyak tumbang, hingga air tergenang di jalan dan asap dari pembakaran sampah, sudah menjadi pemandangan yang biasa.
Donggala kota yang masuk dalam administrasi Kecamatan Banawa, Jumat (4/5/2018), di beberapa sudut kotanya memang terlihat bersih, tanpa sampah karena baru saja dibersihkan oleh beberapa orang yang sedang melaksanakan program Jumat Bersih. Namun sampah yang dikumpulkan pada sebuah tempat, langsung dibakar begitu saja, sehingga mengganggu para pengguna jalan, karena asapnya beterbangan liar tertiup angin pagi.
Kondisi ini tidak hanya terjadi sekali saja, tapi sudah berkali-kali. Sehingga program Jumat Bersih berubah menjadi Jumat Berasap. Padahal untuk ukuran kota Adipura, membakar sampah itu dilarang. Sampah itu seharusnya diolah menjadi barang berguna bernilai ekonomis. Atau setidaknya diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah.
Selain sering terjadi pembakaran sampah, di Donggala juga terlihat banyak pohon peneduh yang bertumbangan disebabkan oleh pekerjaan proyek drainase. Sehingga suhu udara di kota tua Donggala menjadi lebih panas dari biasanya.
Kondisi lain yang memperburuk kondisi lingkungan, dengan banyaknya air tergenang disisi kiri kanan jalan usai diguyur hujan. Bahkan sejumlah ruas jalan menjadi kolam genangan air disebabkan jalan yang berlubang yang rentan terjadi kecelakaan, khususnya bagi pengendara sepeda motor.
Sementara Kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Donggala, Samsu Alam, yang dikonfirmasi terkait lingkungan yang buruk ini, belum bersedia diwawancara.
“Maaf, saya lagi rapat teknis lingkungan,” ujarnya singkat sambil menutup telepon. HID