90 Persen AIDS di Sulteng Berhubungan Seks

Staf Ahli Siti Norma Mardjanu membacakan sambutan Gubernur Sulteng, Longki Djanggola pada Rakor di ruang Polibu, kantor Gubernur, Selasa (26/6/2018). FOTO: HUMAS PEMPROV

PALU, MERCUSUAR – Penemuan kasus HIV/AIDS masih terus terungkap. Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah bahwa penemuan kasus HIV-AIDS secara kumulatif sejak ditemukan tahun 2002 sampai dengan Desember tahun 2017 berjumlah 644 kasus AIDS dan 1.141 kasus HIV. Penularannya lebih dari 90 persen melalui hubungan seks beresiko dan jumlah kasus yang terungkap baru mencapai 32 persen dari estimasi kasus HIV di Sulteng 3.555.

Dari data kasus tersebut, penderita cukup banyak ditemui pada usia produktif, yaitu 20-24 tahun dan 25-49 tahun. Hal ini menunjukan bahwa penduduk usia 15-24 tahun yang masih duduk di bangku sekolah menengah dan mahasiswa perlu mendapat informasi yang benar dan jelas tentang informasi dasar HIV.

Demikian pula halnya bila HIV-AIDS mendominasi pada usia produktif 25-49 tahun yang akan berdampak pada aspek sosial dan ekonomi, berupa penurunan produktivitas. Di mana itu berdampak untuk memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut kemukakan Gubernur Sulteng, Longki Djanggola dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Siti Norma Mardjanu, pada acara pembukaan Rapat Koordinasi (Rakor) Anggota Pokja Komisi Penanggulangan AIDS Sulteng di ruang Polibu kantor Gubernur, Selasa (26/6/2018).

Dalam sambutan itu, Gubernur Longki menekankan, agar adanya partisipasi dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan anggota KPA Provinsi untuk meningkatkan sosialisasi terutama pada jajaran sesuai tupoksinya. Kepada perguruan tinggi yang melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan KPA diharapkan meningkatkan penegtahuannya.

“Tentang peningkatan pengetahuan komprehensir HIV-AIDS pada remaja usia 15-24 tahun agar menindaklanjuti MoU terutama pada saat kegiatan orientasi mahasiswa baru,” tutur Siti Norma.

Tujuan kata dia, agar organisasi profesi, organisasi masyarakat, dan LSM peduli AIDS masih perlu meningkatkan pemahaman masyarakat, tentang HIV-AIDS melalui kegiatan sosialisasi. Selanjutnya agar setiap kelompok kerja yang ada dalam KPA untuk menginventarisir masalah terkait kasus epidemic HIV-AIDS serta mencari solusi untuk ditindaklanjuti.

“Kita ketahui pengendalian HIV-AIDS sudah masuk dalam program SPM kesehatan dan juga penurunan epidemic HIV-AIDS menjadi salah satu indicator keberhasilan SDGs,” jelasnya.

Untuk itu ujar Siti Norma, Gubernur Longki berpesan pada Rakor yang digelar itu diharapkan agar tiap peserta mengikuti dengan baik paparan materi yang disampaikan untuk dijadikan acuan dalam pengendalian HIV-AIDS. BOB

Pos terkait