PALU, MERCUSUAR – Hidup dengan keluarga yang terbilang berada, ternyata tidak serta-merta membuat Hendrik Liyanto, gampang meraih sesuatu. Didikan orang tua begitu tegas, bahwa apa yang diinginkan harus dilakukan oleh usaha dan doa.
Pengusaha sukses ini berkisah, jika ia bersama saudara kandungnya tidak pernah menerima uang dari orang tua dengan cuma-cuma. Jika mendapatkan uang, itu terhitung pinjaman dan harus dikembalikan dengan usaha sendiri misalnya berdagang. “Saya ingat betul bagaimana orang tua memberikan uang dengan sistem kwitansi. Jadi kami harus berdagang untuk mengembalikan pinjaman itu,” ujar pria kelahiran Poso, yang akrab disapa Acheo ini.
Acheo, cukup lama menghabiskan waktu di Jakarta dan lulus kuliah di Surabaya. Puluhan tahun di kota orang, ia kemudian terpanggil untuk kembali ke kampung halamannya. Ia mempunyai kerinduan untuk terlibat pembangunan bagi Sulteng. Upaya pun dirintis hingga hasil yang menggembirakan saat ini. “Sekolah sebenarnya hanya menambah huruf ‘IR’ di depan nama,” ujarnya dengan nada canda.
Acheo, mengaku sangat menikmati ranah sosial. Ia memiliki hobi berteman dan bersahabat. Hal inilah yang membuat dirinya tidak henti-hentinya berbagi dengan orang lain. “Bagaimana ya, kalau kita memberi, kita juga ikut senang. Itu sudah kebiasaannya saya soalnya,” bebernya.
Benih kebaikkan yang ditabur, tetap saja ada orang yang tidak senang. “Selalu saja ada pandangan negatif, tapi itulah dinamika,” katanya.
Selama kita masih ada kesempatan, berbuat baiklah kepada orang lain. Pergunakanlah waktu untuk berbagi. Bahagiakan orang lain dulu, baru kita berbahagia. Kalimat itu menjadi kutipan yang disampaikan Acheo berulang kali.
“Saya hari ini bisa punya istri, punya anak, punya mobil, punya rumah, itu hanya karena selalu bersyukur Kepada Tuhan,” tandasnya. FIT