PALU, MERCUSUAR – Usai melaksanakan prakter lapangan selama sebulan di Ampana, Kabupaten Tojo Unauna, delapan calon da’i dari Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Moh Natsir Jakarta, kembali ke Jakarta.
Selama praktek, para calon da’i tersebut diturunkan di empat wilayah yang ada di Touna, yakni di Pulau Popoli’i, Pulau Kalia, Tojo barat dan Ampana Kota.
“Setiap daerah atau tempat ada dua calon Da’i yang mengisinya. Praktek lapangan ini semacam Kuliah Kerja Nyata (KKN) dalam istilah kampus umum. Namun dalam STID sendiri, istilahnya Kafilah Dakwah. Jika sudah memasuki semester enam atau tujuh, calon Da’i yang ada di STID harus melaksanakan Kafilah Dakwah,” kata salah seorang calon Da’i Thariq Ridwanullah pada media ini di Masjid Dewan Dakwah Sulawesi Tengah, Tondo, Jumat (22/6/2018).
Kafilah Dakwah, katanya, merupakan praktek atau pembelajaran awal bagi calon-calon da’i, sebelum mereka betul-betul terjun menjadi da’i. “Selama di lapangan, kami juga memberikan pembinaan intensif masalah agama Islam, kepada masyarakat. Apa yang kami dapatkan di bangku kuliah STID, itu yang kami praktekkan di lapangan,” kata Thariq. “Alhamdulillah selama melaksanakan Kafilah Dakwah di Ampana, tidak ada kendala berat yang di dapatkan. Malah masyarakat sangat senang dengan adanya kami, sebab sebagian besar masyarakat mengeluhkan kurangnya Da’i atau penceramah di daerah mereka. Masyarakat bisa mendengarkan ceramah secara langsung hanya sebulan sekali atau nanti ada safari Ramadan atau acara agama dari Pemda setempat. Ceramah Jumat saja hanya mengutip dari buku dan dibacakan oleh salah seorang yang ditunjuk oleh pengurus masjid, hehingga masyarakat setempat tidak ada tempat untuk menanyakan masalah agama Islam lebih jauh,” jelasnya.
Ketua Lembaga Amal Zakat, Infaq dan Sedekah (Lazis) Dewan Dakwah Sulteng Saiful Bahri mengatakan Kafilah Dakwah diturunkan 10 hari Ramadan. Bukan hanya di Sulteng saja para Kafilah ini turun, namun pelepasan mereka, serentak untuk seluruh daerah yang ada di Indonesia.
“Penempatan Kafilah Dakwah ini sendiri dikhususkan untuk daerah-daerah terpencil atau yang sulit untuk dijangkau. Selama sebulan penuh, mereka memberikan pembelajaran dan pemahaman tentang agama Islam kepada masyarakat. Program ini merupakan program Dewan Dakwah bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), untuk mensukseskan program kaderisasi 1000 ulama,” kata Saifullah.
“Pengurus Dewan Dakwah Sulteng khususnya pengurus Lazis, sudah melaksanakan program tersebut. Begitupun pengurus yang sudah dibentuk di kabupaten. Alhamdulillah tahun ini ada dua orang dari Sulteng yang lulus tes dan akan dikirim untuk belajar di STID Moh Natsir. Biaya pendidikan sendiri, semua gratis atau tanpa dipungut biaya,” terang Saifullah.
Sekretaris Dewan Dakwah Sulteng Djamaluddin AW Ismail menyampaikan saat ini Dewan Dakwah Sulteng bersama pengurus Lazis sementara membangun Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Cabang Kota Palu yang setara pendidikan D2.
“ADI ini dikhususkan untuk menciptakan Da’i-Da’i. Alhamdulillah pembangunannya sedang berjalan. Jika ADI ini mulai berjalan, bagi yang ingin masuk, tidak dipungut biaya apapun dari awal hingga akhir. Semua biaya ditanggung oleh Lazis Dewan Dakwah Sulteng,” katanya. PAN