LOLU SELATAN, MERCUSUAR- Bimbingan Teknis (Bimtek) penanggulangan Penyakit Hewan Menular (PHM) merupakan kegiatan untuk meningkatkan kompetensi SDM medik dan paramedik dalam penanggulangan PHM di kabupaten/kota.
Bimtek ini terselenggara atas kerjasama Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah peserta 30 orang dari 7 Kabupaten/ Kota. Pelaksanaan Bimtek dimulai pada 2 hingga 5 September 2019, yang dibuka secara resmi oleh Kadis Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Sulawesi Tengah Ir. Maya Malania Noor, MT.
Fungsional Medik Veteriner, Drh Hasmawati mengatakan, PHM merupakan penyakit yang dapat memberikan dampak buruk secara ekonomi, sosial, dan politik. Untuk itu, masyarakat perlu tahu dan waspada akan adanya pernyakit tersebut. Ada lima Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) yang di Indonesia yaitu Rabies, Anthraks, Brucellosis, Avian Influenza, dan Hog Cholera (Rabah). WHO telah menyatakan bahwa Rabies merupakan salah satu zoonosis yang sangat mengancam dan berbahaya bagi kehidupan manusia serta termasuk ke dalam daftar penyakit yang wajib dilaporkan (notifiable disease) menurut protokol OIE dan termasuk dalam daftar penyakit hewan menular strategis (PHMS) sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian.
Penyakit ini menimbulkan keresahan masyarakat karena mengakibatkan kematian dengan gejala yang sangat menakutkan pada korban serta memiliki dampak ekonomi. Penyakit infeksius yang disebabkan oleh virus ini, juga berimplikasi pada bidang ekonomi yang diantaranya menyebabkan penurunan pendapatan dari sektor pariwisata yang ditandai dengan menurunnya jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Melalui upaya terpadu, komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah, serta kerjasama lintas sektoral, beberapa wilayah Republik Indonesia telah berhasil dibebaskan dan dipertahankan status bebasnya. Untuk daerah endemik antara lain Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Banten, NTT, Bali, Maluku. Di Sulawesi Tengah termasuk daerah yang endemik rabies, sehingga dibutuhkan penanggulangan dan pengendalian secara menyeluruh dan komprehensif melalui pendekatan dengan prioritas daerah tertular melalui surveilans, sosialisasi dan vaksinasi.
Bimtek penanggulangan PHM ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para petugas vaksinasi rabies Kabupaten/ Kota dalam mendukung program pembebasan Rabies, salah satu rangkaian kegiatan Bimtek PHM yaitu praktek lapangan di Kabupaten Sigi.
Diharapkan, dengan Bimtek Penanggulangan PHM dapat membantu peserta nantinya menerapkan di daerah masing-masing. Dimana Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia bebas rabies di tahun 2030.
“Kita harapkan Disbunnak berperan aktif pada program pembebasan ini. Serta melaksanakan program pembebasan rabies termasuk vaksinasi massal secara berkelanjutan agar kasus menurun pada gilirannya menjadi 0 (nol) kasus untuk menuju bebas rabies,” ujarnya. AMR/*